25

28.9K 2K 49
                                    

Tiga minggu berlalu. Waktu yang semakin menipis itu membuat Callista dan kedua tim-nya lebih meluangkan waktu untuk menyentuh buku dan pena.

Tak jarang juga malam-malam mereka melakukan study online lewat aplikasi yang bisa menyambungkan panggilan video. Terkadang mereka inisiatif belajar bersama sendiri, tak menunggu arahan dari guru pembimbing.

Callista yang semakin sibuk ini berimbas pada hubungannya dengan Nathan. Meskipun lelaki itu barbar dan nyaris menjadi pribadi yang egois, tapi untuk hal seperti ini ia bisa maklum. Bahkan pernah sekali duakali Nathan menemani Callista untuk belajar berasama dengan Gerrald dan Hasna. Tujuan utamanya tentu bukan untuk sekedar menemani, yakni mengawasi.

Seperti malam ini, Nathan menemani Callista yang sedang belajar bersama dengan teman tim-nya di sebuah cafe. Selain belajar, mereka juga mau refreshing katanya.

"Udah jam segini, langsung cabut aja apa gimana?" seru Gerrald setelah menutup macbook-nya.

Hasna menyesap matcha latte-nya sembari menjentikkan jemari, "setuju. Langsung cabut aja."

Nathan yang duduk disamping Callista mengernyit bingung, "mau ngapain?" bisiknya pada Callista.

"Mau refreshing bentar. Jalan ke alun-alun depan sana." Callista menunjuk objek yang terlihat terang dari kaca cafe.

"Lo ikut juga?" Gerrald melirik Nathan.

Nathan membalas tatapan lelaki itu, "menurut situ?" ucapnya ketus sembari berdiri.

"Lo kan disini nimbrung ya, bayarin lah..." Gerrald menunjuk minuman serta makanan yang mereka pesan untuk pendamping pas belajar tadi.

Nathan sedikit terkejut, dilihat dari ekspresinya yang menaikkan satu alis dengan tatapan menajam. "Lama-lama lo nyolot bro!"

Walaupun berkata demikian, ia tetap mengeluarkan uang dari dompet sesuai jumlah yang tertera di bill.

Callista tertawa melihat interaksi mereka berdua. Semenjak kejadian Nathan menonjok Gerrald, kedua lelaki itu menjadi sedikit luwes saat bertemu. Meskipun masih saling melempar ucapan menusuk, tapi tak terjalin pemusuhan didalamnya.

"Suka nih gue kalo gini. Sering-sering ikut Nath." Hasna memakai tas punggungnya sambil tersenyum senang.

Nathan hanya merotasikan bola mata malas.

Hanya butuh waktu tiga menit untuk mereka sampai di alun-alun. Kendaraan mereka masih terparkir di tempat semula karena mereka memilih untuk jalan kaki menuju alun-alun.

"Eh eh main itu yuk!" Hasna menunjuk kolam kecil berisi ikan-ikan yang mengambang ditambah balon-balon warna warni. Disekelilingnya banyak anak kecil yang sedang memancing.

Mereka serempak menatap objek yang ditunjuk.

"Yang bener aja dong?" Gerrald berujar protes.

"Lah ngapa? Seru gitu keliatannya."

"Kayanya menarik. Ayo deh!" Callista setuju.

Nathan cepat-cepat menahan lengan Callista, "lo jangan bertingkah, bisa?"

Callista menggeleng cepat. Kemudian tanpa persetujuan ia menarik tangan Nathan kesana. Melihat itu, Hasna juga segera menarik Gerrald.

Meskipun awalnya menolak, ujung-ujungnya kedua lelaki itu berhasil ditaklukkan. Buktinya mereka berempat sekarang sudah memegang pancingan dengan ember dan serok ikan.

Hasna dan Callista paling bersemangat. Mereka memancing sesuai peraturan. Mendekatkan magnet dengan ujung bibir ikan. Dan mereka akan berseru heboh ketika berhasil mengait ikan.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang