38

17.8K 1.5K 156
                                    

DORR!!
***

Kembali dari hari sibuk, Callista menggoes sepedanya pulang ke appartemen. Hari ini ia lalui dengan banyak keluhan. Banyak waktu ia habiskan untuk berada di perpustakaan demi menyelesaikan tugasnya. Dan tanpa sadar, ia melupakan kekasihnya.

Bukan hanya hari ini saja ia melupakan Nathan, sudah hampir seminggu ia jarang menghubungi kekasihnya. Terakhir mereka telfonan adalah tiga hari lalu. Namun, hari ini terparah. Callista sama sekali tak membuka ponselnya untuk mengabari Nathan. Padahal banyak pesan masuk yang ia terima.

"Ck, lowbat lagi."

Dengan lesu ia mencharger ponsel itu. Setelahnya ia bergegas membersihkan diri. Setelah mandi kemudian tidur? Tidak, masih ada kegiatan lagi. Yaitu merevisi tugasnya. Hal yang paling tidak ia sukai.

Kali ini Callista memilih berendam air hangat. Selain untuk menghangatkan diri, ia juga butuh tubuh yang rileks. Akhir-akhir ini tubuhnya kelelahan. Mungkin hari libur mendatang, spa menjadi pilihan terbaik.

Dalam pejaman matanya, Callista memikirkan orang-orang terdekatnya. Keluarganya dan kekasihnya.

Papanya berkata akan mengunjungi dalam waktu dekat. Setiap dua bulan sekali Anggara rutin mengunjunginya. Kadang bersama Mamanya, kadang juga sendiri. Callista senang akan hal itu. Ia merasa masih memiliki orang yang menganggapnya keluarga.

Untuk Nathan, ia merasa bersalah dengan lelaki di seberang negara sana. Bukan bermaksud melupakan, hanya saja Callista terlalu terkecoh dengan hal-hal yang ia hadapi di depan mata. Sampai ia lupa masih ada orang yang harus ia kabari setiap waktu.

Masalah Nathan, nantilah ia bereskan.

Selesai dengan urusan diri, Callista kembali menghadapi macbook yang selama ini menemaninya. Ia hendak membuka file yang harus ia revisi, sebelum niatnya terurungkan akibat notifikasi email masuk.

Itu email dari Vernon, teman satu organisasinya.

"Ini lagi, ngapain sih malem-malem ngajak kumpul? Nggak punya capek apa orang-orang?" Callista sekali lagi mengeluh untuk hari ini.

Membaca undangan perkumpulan organisasi kepenulisan yang ia ikuti, rasanya Callista hendak absen saja.

Namun hati nuraninya menjadi tak tega saat Vernon mengabarkan kalau ia sudah dalam perjalanan menjemput Callista.

"Emang hari capek gue nih kayanya."

Callista menunda revisinya. Ia sekarang sedang bersiap diri. Sedikit lebih cepat karena jarak tempat Vernon dengan appartemennya tak terlalu jauh. Kasian kalau harus menunggu.

"Bawa hp kali ya? Tapi nggak ada batrai. Sama aja boong." Ia urung membawa ponsel, dan bergegas keluar.

***

Dilain waktu, Nathan baru saja selesai dari kelasnya. Ia mencangklong tasnya dipundak dengan tangan kiri memainkan kunci mobil. Rencananya ia akan menonton Super Car Racing dengan Dalton, teman masa kecilnya yang kebetulan menjadi teman sekampusnya.

"Nate!"

Langkah Nathan terhenti, itu Dalton. Cowok berambut blonde dengan merangkul satu cewek Asia.

"Ei, dude!"

Mereka tos layaknya teman. Kemudian Nathan menunjuk cewek itu.

"Ah, she is my girlfriend. Loona, he's Nate. Nate, she's Loona." Dalton memperkenalkan mereka.

Nathan menjabat tangan Loona tadi.

"Are you Korean?" tanyanya. Pasalnya wajah Loona mirip artis-artis Korea yang pernah lewat di beranda instagramnya.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang