16

32K 2.5K 220
                                    

"PAPA?!" teriak Callista begitu tau siapa yang datang.

"Halo anak Papa. Boleh Papa masuk?" tanya Anggara dengan senyumnya.

"P-papa ngapain? Ngapain kesini?" Callista tergagap melihat sosok Anggara yang kini sedang tersenyum. Entah apa arti senyum itu.

"Mau ngunjungin anak Papa. Nggak boleh emangnya?" jawab Anggara santai, sesantai dirinya menerobos masuk apartemen anaknya.

Sesaat Callista membeku, begitu sadar ia langsung mengikuti Anggara dari belakang. Dan benar dugaannya, Papanya itu kini terdiam melihat Nathan yang sedang terbaring di sofa ruang tamunya. Posisi laki-laki itu telentang dengan mata yang tertutup lengan. Sepertinya Nathan hendak tidur, atau mungkin sudah tertidur.

"Pa, aku bisa jelasin." Callista berujar pelan. Ia menutupi pandangan Anggara dengan berdiri di depannya. Ia menghalangi tatapan tak berujung Anggara yang ditujukan kepada kekasihnya yang sampai saat ini belum juga bergerak.

Anggara tak menanggapi. Ia menggeser badan Callista dan lebih memilih menghampiri Nathan.

Callista menggigit jari takut dengan apa yang akan terjadi. Ia mengamati Anggara yang sedang mencoba membangunkan Nathan.

"Ekhm."

Mendengar dehaman orang lain juga kakinya yang digoyangkan, Nathan perlahan menyingkirkan lengannya yang menutupi mata. Sejenak ia mengerjap untuk menyesuaikan cahaya.

Begitu kesadarannya utuh, Nathan refleks duduk dengan kaki berada diatas sofa. Ia duduk mojok di pojok sofa sembari menatap Anggara yang sedang tersenyum padanya.

"Om ganggu tidur kamu, Nathan?" tanya Anggara dengan suara ramah.

Bingung menjawab apa, Nathan lebih dulu mencari keberadaan Callista. Ternyata kekasihnya itu berdiri tak jauh dibelakangnya.

"Om, kenapa bisa disini?" pertanyaan dijawab pertanyaan.

Anggara pun menggeleng dengan tawanya. Kemudian ia berjalan santai memutari meja dan duduk di sofa sebrang. Lelaki paruh baya itu memberi kode kepada Callista untuk bergabung bersama mereka.

Posisinya kini Callista dan Nathan duduk bersebelahan dihadapan Anggara yang sedang menyilangkan tangan dibawah dada. Kedua kaki menyilang, persis seperti disidang.

"Ada yang bisa jelasin?"

Callista menunduk. Sementara Nathan mengusap leher belakangnya yang merinding. Nyawanya belum terkumpul semua.

Hembusan napas Anggara terdengar. "Oke kalo gitu Papa jawab dulu pertanyaan kamu, Call, dan kamu juga, Nathan. Saya kemari karena mendapat laporan dari Ibu Kenanga kalau anak perempuan saya sering membawa laki-laki menginap di apartemennya. Bahkan sudah hampir seminggu katanya, dan laki-laki itu masih juga belum angkat kaki dari apartemen anak saya."

Kesadaran Nathan sudah kembali. Ia menelan ludah gugup saat mendengar penjelasan Anggara barusan. Ternyata semenyeramkan ini di hadapkan dengan calon mertua.

"Sebelumnya saya minta maaf, Om. Jujur memang benar, saya tinggal disini. Dengan anak Om-" Nathan memandang Callista sebentar, "-dan benar juga kalau saya sudah empat hari berada disini. Kalau Om mau tau, rencananya saya disini mau satu minggu, hehe."

"NATHAN?!"

"AL!"

Mendapat dua serangan dari Bapak dan Anak itu membuat Nathan meringis. Sepertinya ia salah bicara.

"Sorry-sorry. Maksud saya nggak gitu Om."

Anggara membuang napas kasar. Ia melirik anaknya yang masih saja menyembunyikan wajahnya.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang