23

29.6K 2.2K 120
                                    

Karena sebulan lagi Callista dan tim akan mengikuti lomba, maka mereka di gembleng habis-habisan untuk menjuarai perlombaan yang akan mendatang.

Harusnya tidak seketat ini kalau memang perlombaan tingkat nasional biasa, yang membedakan disini adalah mereka akan mengikuti ajang international. Dan satu fakta lagi, ini adalah perlombaan terakhir mereka sebelum mereka dibebastugaskan untuk fokus menghadapi ujian yang akan datang.

Setiap harinya, waktu belajar Callista akan dipotong sampai jam pelajaran ke 6-nya untuk dipakai belajar bersama kedua temannya. Dan ia kembali lagi setelah bel istirahat kedua berbunyi.

Dan yang seperti kalian ketahui, pacar Callista ini sangat sangat sangat--- susah dijelaskan.

Hubungan mereka yang sudah membaik kini terguncang lagi akibat si pemarah Nathan selalu merecoki Callista dengan menggedor-gedor kaca jendela ruang bimbingan. Padahal, jarak kelas XII IPA 1 lumayan jauh dari ruang bimbingan.

Namun jarak tak membuat si bucin Nathaniel menyerah.

Dikepala Nathan, kalau tidak melihat Callista sejam itu rasanya ada yang kurang. Matanya akan merasa capek secara mendadak kalau ia tak menatap Callista dalam durasi lama. Kepalanya pun berdenyut karena terus memikirkan Callista.

Maka dari itu, ia sering beralasan ke kamar mandi yang padahal ia gunakan waktunya untuk apel ke ruang bimbingan.

Seperti sekarang, Callista dibuat geram dengan kepala Nathan yang sudah muncul di bingkai jendela nomor dua dari belakang.

"HP lo nyalain!!" desis Nathan sambil menunjuk ponselnya, menggunakan gerakan tubuh agar Callista paham.

Callista mencuri waktu untuk membuka ponselnya. Disana tertera ada tujuh notifikasi dari Nathan. Terakhir yang bisa ia baca, Nathan mengiriminya pesan yang bertuliskan 'mau cium!'

Callista pun menoleh kembali ke arah Nathan berada. Kemudian ia menggelengkan kepala tanda menolak.

Nathan menunduk, mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

Ponsel Callista bergetar sesaat ketika pesan baru masuk. 'lo keluar apa gue yg samper?'

Callista menghela napas berat. Ia pun izin kepada Mrs. Kanina untuk ketoilet sebentar.

Melihat kekasihnya menurut, Nathan mengulum senyun. Seminggu terakhir ia benar-benar berhubungan sehat dengan Callista. Tidak ada french kiss dan making out. Itu benar-benar menyiksa.

"Nakal!" sinis Callista sembari menggandeng tangan Nathan agar menjauh dari ruang bimbingan.

Entah kemana Callista akan membawa Nathan, ia tidak tahu. Hanya menurut saja saat tangannya ditarik oleh gadis berambut sebahu itu.

Fokus menatap kagum Callista hingga Nathan tak sadar jika Callista membawanya ke kelas.

Kesadarannya kembali saat Callista hendak menariknya masuk ke kelas. Ia menahan.

"Lo mau ciuman dikelas?" alis Nathan terangkat.

"Belajar Al. Ciuman-nya nanti-nanti."

Nathan merotasikan bola matanya sembari mendengus kesal. Kini giliran ia yang menarik Callista menjauh dari kelas.

"Belajarnya nanti abis ciuman." ucap Nathan saat dalam perjalanan membawa Callista ke taman dekat gudang belakang.

"Janjinya bakal pacaran sehat kan?!" tagih Callista pada janji Nathan beberapa hari lalu.

Nathan melepaskan cekalannya pada tangan Callista saat mereka sudah berada di tempat sepi. "Tapi ciuman bukan masalah besar."

"Dan lagi, gue nggak bisa nahan lebih lama dari ini."

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang