40

16.6K 1.1K 846
                                    

Di pagi hari yang mendung, Callista baru saja bangun dengan posisi masih seperti semalam. Ia tertidur di kursi belajarnya dengan kondisi laptop dan beberapa kertas tercecer dimeja maupun lantai.

Melakukan sedikit perenggangan, kemudian perempuan itu berjalan kearah jendela. Ia membuka jendela dan menghirup dalam-dalam udara pagi yang sangat jarang ia jumpai karena lebih sering bangun siang.

Setelah puas, ia pun berbalik badan. Rencananya akan membuat kopi untuk pagi hari yang lumayan dingin ini.

Tak sengaja matanya menatap ponselnya yang tergeletak dikarpet. Entah bagaimana bisa ponsel itu berada disana, padahal seingatnya ia mencharger ponselnya kemarin malam. Seharian penuh ia tak membuka ponsel.

"Ya ampun Alvaro..." ia menggeleng tak percaya mendapat banyak missed call dari Nathan.

Callista pun memilih duduk di tepi ranjang. Ia membuka ruang obrolannya dengan Nathan yang masih sama seperti kemarin. Kemudian ia pun berinisiatif memvideo call Nathan.

Pertama, tidak diangkat.

Kedua-- senyum Callista mengembang saat panggilan terhubung.

Selanjutnya senyum itu pudar tergantikan dengan raut wajah tak percaya.

"Hai babe,"
***

Nathan kembali berulah. Kali ini ia lepas kendali tanpa awasan Leo. Lelaki itu datang ke bar yang sama seperti semalam.

Nathan meneguk banyak alcohol yang membuatnya benar-benar pening. Dirinya 100% dalam keadaan dibawah alam sadar.

Sampai salah seorang perempuan menariknya ke sebuah room pun, lelaki itu malah tersenyum.

"Hi sweety, wanna play something fun?" Perempuan berbikini itu mendorong Nathan hingga telentang ke kasur.

Nathan bukannya marah, ia malah memiringkan kepalanya seolah menikmati apa yang akan dilakukan perempuan diatasnya ini.

"I like playing game. Especially hottest game." jawabnya parau.

Perempuan tadi mengembangkan senyumnya puas. Ia mulai melucuti pakaian Nathan. Begitupun dengan dirinya.

Mereka berdua memadu kasih bak kekasih lama yang baru jumpa. Senyum perempuan tadi tak luntur saat mendapat serangan balik dari Nathan.

"Can I kiss you?" pintanya dengan telunjuk menyentuh bibir Nathan.

"It's all yours." Nathan membuka tangannya seolah-olah semua yang ada pada dirinya adalah milik perempuan tadi.

Tak berselang lama keduanya berciuman penuh gairah. Nathan sangat merindukan kegiatan panas ini.

"Ah!" Perempuan tadi mendorong pelan dada Nathan saat mendengar suara dering ponsel.

"Your phone is ringing." Perempuan itu menunjuk ponsel Nathan.

Nathan acuh, ia kembali menarik punggung perempuan berambut pirang tadi. Kegiatan yang dulu sering ia lakukan dengan Callista, kini ia lakukan dengan perempuan asing.

Dering kedua, Nathan merasa terganggu. Ia kemudian meraih ponselnya.

Senyum Nathan mengembang sempurna saat membaca nama siapa yang menelpon.

Tanpa ragu, ia menerimanya.

"Hai babe," sapanya dengan senyum tak bersalah. Padahal dengan jelas ia sedang mempertontonkan tubuh polosnya dengan seorang perempuan yang sedang mencumbunya kepada Callista, kekasihnya.

"Al?"

Ah, suara itu. Entah sudah berapa minggu ia tak mendengar suara merdu Callista.

Nathan mendesis saat perempuan tadi membuat tanda pada lehernya. Kemudian dengan tanpa beban ia menarik wajah perempuan tadi dan mengecup bibirnya. Tepat didepan kamera yang masih menyala.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang