27

26.4K 2.5K 173
                                    

Nathan sedang mengantar Callista pulang selepas mereka kencan malam minggu. Niat Nathan adalah untuk merefresh otak Callista agar tidak jenuh belajar terus. Jadi ia berinisiatif mengajak kencan sore tadi.

"Makasih loh buat malem ini." ujar Callista sebelum pamit.

Nathan mengambil kesempatan mengecup sekilas bibir Callista. "Asal lo seneng."

Kalimat singkat Nathan membuat pipi Callista merona.

"Bisaan kamu ah!" Callista mencubit paha Nathan.

"Btw, kapan sih lombanya?"

Mendengar pertanyaan Nathan, Callista seketika melotot. "Kamu... belum tau?" tanya-nya ragu.

Nathan bingung, ia pun menggeleng.

"Serius, Al, kamu belum tau?" Callista memastikan.

"Belum. Kapan sih?"

"Aku berangkatnya besok."

"What?!" Nathan menyerongkan tubuh. Matanya menatap lurus kedalam iris mata gelap Callista. Sangat ketara ia kaget.

"Jadi kamu belum tau?" tanya Callista lagi.

Nathan tak menjawab. Ia memberi tatapan Callista seperti, tidak percaya.

"Maaf. Aku pikir kamu udah tau, soalnya kabarnya kan udah beredar disekolah." Callista meringis takut.

Nathan membuang napas marah. Ia memalingkan wajah dengan badan sudah lurus kedepan.

"Aku pikir tadi kamu ajak jalan buat kasih energi buat besok."

"Sesusah itu bilang ke gue, padahal ini hal yang serius buat lo." tutur Nathan tanpa menatap Callista.

"Maaf."

"Ini bukan lo yang lomba sehari dua hari. Ini seminggu Call."

"Maaf."

"Bukan masalah gue yang lo tinggal-- iya ini juga masalah sih, tapi kan--" "-ck tau lah!"

Nathan melempar tatapan keluar mobil. Posisinya membelakangi Callista.

"Aku minta maaf. Aku pikir--"

"Lo pikir lo pikir!" Nathan kembali menatap Callista. "Gue udah tau sekalipun, yakali lo nggak bahas lagi ke gue? Seenggaknya lo share gimana perasaan lo mau lomba kesana. Mau ngadepin peserta-peserta dari luar negri, ini pengalaman baru lo. Harusnya lo cerita ke gue!"

Callista diam.

"Seenggak berarti itu gue buat lo?" Callista menggeleng cepat.

"Bahkan gue jadi orang terakhir yang tau kapan lo berangkat?" Nathan menerbitkan senyum miring.

"Maaf." hanya itu yang bisa Callista ucapkan.

"Turun."

Callista yang awalnya menunduk, kini dengan cepat ia mendongak. Menatap Nathan dari samping.

"Aaaall!" Callista merengek memegang lengan Nathan.

"Besok lo terbang jauh, banyak istirahat aja sekarang." Nathan melepas pegangan Callista.

"Nggak mau. Kamunya marah gini bikin aku nggak tenang."

"Ya gimana nggak marah?! Lo-- ngeselin parah!!" Nathan saking gregetnya sampai meremas udara yang ada di depan wajah Callista.

"Maaf. Kan ngiranya udah tau."

Nathan berdecak sekali lagi, "udahlah sana turun."

Dengan wajah tertekuk pun Callista turun dari mobil kekasihnya.
***

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang