17

31.2K 2.4K 141
                                    

Haii aku update lagi!!

special chapter for my special day hehew

happy reading!

***
Semua kenikmatan yang Nathan bayangkan sirna begitu saja. Harusnya malam itu ia sedang keenakan dimanjakan oleh servis Callista, namun kedatangan Papa Callista yang mendadak mengacaukan segalanya.

Seperti yang Anggara katakan, Daddy dan Mommy-nya tiba dirumah dua hari berikutnya. Dan Nathan sudah siap menerima amukan Daddy-nya. Namun ia masih belum siap mental menghadapi Ara. Nathan yakin Mommy-nya akan sangat kecewa padanya.

Nathan kini sudah duduk dihadapan orangtuanya yang baru tiba pagi tadi. Ia dapat menangkap raut wajah berbeda dari Davin dan Ara. Daddy-nya itu memancarkan aura-aura akan menghajarnya. Dilain sisi, ia melihat tatapan kecewa dari Ara.

"Maaf."

"Begini kelakuan kamu selama kita tinggal? Apa kamu sudah tidak punya malu, Nathaniel? Apa kepala kamu tidak ada isinya sehingga kamu berani tinggal di tempat seorang gadis hingga berhari-hari? Apa rumah ini kurang besar sehingga kamu memilih tinggal di tempat Callista? JAWAB!!" 

Nathan tidak begitu terkejut. Ia sudah siap sebelumnya. Biasanya disituasi seperti ini, ia akan meminta bantuan kepada Ara untuk membelanya. Namun untuk sekarang, Ara bahkan terlihat tidak sudi menatapnya. Nathan merasa amat bersalah akan hal itu.

"Aku minta maaf."

Davin berdecih. Ia berdiri, menghampiri Nathan dan melayangkan satu pukulan pada wajah anak tunggalnya.

Badan Nathan limbung kesamping. Ia melirik Ara di depannya. Terlihat wanita kesayangannya itu sedang memalingkan wajah dengan mata berair. Nathan tahu jika Ara sangat sayang padanya. Tapi untuk sekarang, mungkin beda lagi.

"Sudah Daddy peringatkan jauh-jauh hari. Tapi sepertinya kamu lebih bebal dari yang Daddy kira." Davin berujar tajam. Ia duduk di samping Nathan yang kini memegangi wajahnya yang lebam.

"Kamu lihat Mommy kamu?"

Nathan refleks menatap Ara. Tak disangka, Mommy-nya juga menatapnya. Lagi, dengan tatapan kecewa.

"Apa kamu tidak merasa bersalah melihatnya seperti itu?"

Nathan menunduk. Badannya merosot ke lantai. Ia berlutut menuju hadapan Ara. Nathan berlutut dengan menggenggam kedua tangan Ara.

"Maaf. Aku minta maaf. Mommy, aku minta maaf." sesal Nathan dengan suara lirih. Ia mencium punggung tangan Ara dengan wajah bersembunyi disana. Tak lama dari itu, ia mendengar isakan yang membuat hatinya ngilu.

"Mommy nggak pernah ajarin anak Mommy seperti itu. Selama ini Mom percaya sama kamu. Mom bahkan marah ke Daddy kamu waktu dia bilang kamu tinggal ditempat Callista selama kita di rumah GrandPa. Itu karena saking percaya-nya Mom sama kamu, Nathan." Ara mengatur napasnya.

"Tapi melihat kamu seperti ini--" Ara menelan ludah, ia mendongakkan kepala menahan air matanya.

"Mom kecewa sama kamu." Ara menarik tangannya yang Nathan genggam. Ia bangkit meninggalkan anaknya yang masih bersimpuh di lantai.

Nathan terdiam dengan tak sadar kalau air matanya sudah mengalir. Hatinya teramat sakit mendengar Ara yang sekecewa itu padanya.

"Sudah puas membuat Mommy mu menangis kecewa, Nathaniel?" suara Davin kembali terdengar. Lelaki itu menghampiri anaknya.

Davin mengulurkan tangan, membantu Nathan berdiri. Ia kemudian menepuk bahu Nathan, mengangkat wajah sembab anaknya untuk menatap matanya.

"Nanti malam kita kerumah Callista. Kita selesaikan masalah ini."

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang