30

26.5K 2K 65
                                    

Tak terasa waktu SMA mereka akan segera berakhir. Baru masuk semester genap, sudah dihadapkan dengan jadwal try out yang tak cuma sekali selesai.

Resiko berteman dengan anak ambis, belajar dengan rajin lah akhirnya.

Seperti pada siang yang terik ini, Callista bersama ketiga lelaki yang sejak tadi mengeluh itu sedang berada di perpustakaan kota.

Sudah hampir 3 jam mereka berdiam di tempat tenang itu hanya untuk membolak-balik halaman buku tebal yang Callista pilih.

Disini yang terlihat serius belajar hanyalah si perempuan satu-satunya itu. Nathan? Si pintar instan itu malah lebih fokus ke wajah serius Callista.

Megan dengan Saga? Yang satu tidur, yang satu mengganggu yang tidur.

"Abis ini ke coffee shop, mau?" tanya Callista memecah keheningan.

Megan yang hendak memasukkan ujung pena ke lubang hidung Saga pun buru-buru menyembunyikan penanya. "Hah? Gimana Call?"

"Keliatannya kalian nggak semangat hari ini."

"Nggak semangat tiap hari kali." Celetuk Nathan membenarkan.

Callista melenguh kecewa. "Nggak suka ya, gue ajak belajar gini?" tanyanya dengan tatapan menyesal.

Megan buru-buru membangunkan Saga. "Nggak kok! Kita mah suka, ya nggak, Ga?"

Nyawa yang belum terkumpul penuh itu hanya memandang kosong. Gemas, akhirnya Megan menaik turunkan kepala Saga paksa membentuk gerakan mengangguk.

"Tuh kan, Call." puas Megan.

Nathan tertawa singkat sebelum mendekati kekasihnya, membisikkan sesuatu. "Nggak semua orang harus dikasih asupan ilmu sebanyak lo. Cara orang belajar beda-beda. Jangan di samaratakan sama kepribadian lo."

Callista cemberut. "Gitu ya?"

Nathan mengangguk dengan mata merem sebentar.

"Kalian lebih suka belajar yang kaya gimana?" tanya Callista pada Megan dan Saga.

Saga yang mulai sadar total pun menjawab, "kalo gue sih lebih nyantol kalo di jelasin."

"Sama sih. Apalagi kalo ada cemilannya." saut Megan.

"Bener tuh."

Callista nampak berpikir, "kalo gitu besok belajarnya di appart gue aja, mau? Gue jelasin biar kalian nggak bosen baca. Gimana?" ajaknya nampak antusias.

Sebelum menyetujui, mereka berdua harus mendapat izin dulu dari tuan muda.

Setelah Nathan memberikan anggukan setujunya, barulah mereka bisa menjawab tawaran Callista.

"Gue yo'i. Asal ada cemilan sih, Call."

"Urusan gue itu." Nathan menyanggupi.
***

Tepat pada pukul 3 siang di hari Minggu yang cerah ini, Callista kedatangan tamu yang sudah ia nantikan.

Sedikit tentang Callista, perempuan berambut sebahu itu lebih suka belajar jika ada temannya. Seperti saat bimbingan, ia bersama Hasna dan Gerrald. Menurutnya, kalau belajar bersama itu bisa saling berdiskusi. Juga... ia tidak merasa sendiri, dalam segala hal.

"Heh! Banyak banget. Ini mau makan-makan apa belajar?"

Kedatangan tiga lelaki dengan tangan-tangan penuh membawa bag indomart berisi jajanan. Satu bag yang dibawa Megan berisi beberapa macam minuman dingin yang membuat permukaan bag itu terlihat sedikit basah.

Tiga bag lainnya berisi makanan ringan dan coklat-coklatan. Dan Nathan, dia membawa satu box pizza.

"Suruh masuk lah minimal." Nathan menatap malas Callista yang menghalangi jalan masuk.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang