"Pagi Azka, El!" Sapa Tata yang berada di hadapan dua remaja itu.
Mereka hanya mengangguk dan melenggang pergi menuju kelas, sedangkan Tata mendengkus kesal.
"Gak lama lagi kok!" Gumamnya dengan senyum yang sulit diartikan.
"Gue curiga sama Tata!" Ucap Azka yang membuat El menoleh padanya.
"Maksud lo?" Tanya El tak mengerti.
"Kenapa dia ikutan pindah kesini bareng gue? Dan kenapa dia juga milih apartemen yang sama kaya gue?"
"Dia suka kali sama lo!" Ucap El sambil terkekeh, Azka memasang ekspresi tak suka nya.
"Nanti malem kumpul di apartemen gue! Besok Chandra sama Ardy mau pulang, katanya ujiannya dipercepat jadi mereka bakal pulang lebih awal juga." El menganga mendengarnya, baru kali ini ia mendengar Azka berbicara panjang lebar seperti itu.
Biasanya manusia itu akan berbicara singkat seperti, hm, iya, kenapa? Terus? Kira-kira seperti itulah kalimat legend seorang Azka.
Azka menatap El yang menganga dengan tangan yang bertengger dipinggang nya. "Kenapa lo?" Tanya nya.
El memalingkan wajahnya dan menggeleng membuat Azka menyengit heran. "Tai banget lo!" umpat Azka, hingga El kembali menganga.
"Ngapain sih lo? Mangap-mangap," timpal Azka. "Lo udah gak jadi es batu lagi?" tanya El.
"Emang sejak kapan gue jadi es batu?" El menatap Azka bingung, sedangkan Azka menggidikkan bahunya acuh dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas.
Kringgg.... kringgg.... kringgg.....
Bel masuk berbunyi, seluruh siswa segera berbondong-bondong masuk kedalam kelas sebelum guru yang mengajar datang terlebih dahulu. Peraturan sekolah itu tidak main-main, peraturannya terkenal kejam membuat siapa pun tidak sudi untuk melakukan kesalahan walaupun sekecil padi.
Mereka semua dituntut untuk benar-benar disiplin dalam hal belajar maupun berpakaian, tidak salah jika banyak siswa yang tertantang masuk ke dalam SMA kedaton 15 itu. Ya, walaupun akhirnya sebagian dari mereka ada yang menyesal namun, bukan kah jika dinikmati semua akan terasa menyenangkan?
"WOI! DIEM ANJIR!" teriak ketua kelas yang berada di kelas El dan Azka, suara kelas yang awalnya gaduh menjadi hening.
Truuutttuututututttttt......
Masih hening, dan...
"ANJIR, BANGKE! DEVAN ASU!" umpat salah satu warga kelas dengan lantang, pemilik nama pun tak bisa menahan tawanya.
Devan lega mengeluarkan angin kotor yang sudah tak dapat ia tahan sejak masuk ke dalam kelas, walaupun ia ditatap horor seluruh makhluk didalam kelas mungkin setan yang ada didalam ruangan itu juga ikut menatapnya.
Ia menghentikan tawa nya menggantinya dengan sengiran yang menampakkan gigi gingsul yang terlihat manis, " Aduh maapin gue ya kawan-kawan, tapi gak bau to?" Seru Devan dengan nada medok khas jawa.
"BAU ANJIM! DASAR! SINI LO GUE KEPRET!" sahut yang lain, devan menyatukan kedua telapak tangannya dan membungkukkan badannya berkali-kali seakan meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Cousin
Teen Fiction-TAMAT- *** Takdir menghadirkan segelintir kesalahan untuk pembelajaran dan tuhan memberi kebahagiaan hanya untuk beberapa waktu saja. Setelah itu, takdir dan tuhan melepaskan mereka yang terlibat masuk ke dalam jurang kecelakaan menyakitkan Elvalio...