23. Perasaan tersembunyi

120 24 2
                                    

Author doable update bab nih biar kalian tidac penasaran, tapi sebenernya cerita ini kan tidac membuat penasaran (✿^‿^)

Oke, tidac apa-apa yeoleobun

Mari kita vote sebelum baca.....

Sudah?

Terimakasih

Enjoy the reading gays <( ̄︶ ̄)>

***

Dengan kecepatan penuh Devan mengendarai mobil milik El menuju rumah sakit.

Mala terus menangis sambil memeluk tubuh Azka yang berlumur darah, wanita itu tampak tak peduli dengan orang disekitarnya. Bahkan ia tak menggubris el yang menenangkan nya, pakaiannya pun berlumur darah milik Azka yang terus mengalir.

Tembakan itu tepat mengenai punggung Azka.

Sesampainya dirumah sakit, Azka segera dirujuk ke dalam ruangan UGD untuk mendapat penanganan.

"Hikss Azka, gue mohon bertahan!" Ucap wanita yang baju nya berlumur darah, tubuhnya terperosot ke lantai yang dingin.

El mendekap tubuh istrinya untuk menyalurkan ketenangan, jujur ia cemburu melihat Mala menangisi Azka namun bukan saat nya memikirkan ego.

"Udah ya, Azka bakal baik-baik aja kok." El berusaha menenangkan tangisan Mala yang semakin kencang.

"Gue udah hubungin keluarganya, mereka lagi otw." Devan mengantongi ponsel Azka setelah menghubungi pihak keluarga dari temannya itu.

Jika bertanya dimana Dora? Ia diminta pulang oleh Devan sendiri sekaligus untuk membawa Raya untuk sementara waktu. Gadis itu tidak menolak, ia tau bagaimana situasi saat ini.

Sangat membingungkan dan juga sangat menyeramkan, mengingat ia sendiri ditodong dengan pistol untuk pertama kalinya.

El mengangguk, ia menuntun Mala untuk duduk sambil menunggu dokter yang keluar dari ruangan itu.

Drrrtttt......

Telfon genggam milik El bergetar, ia merogoh benda itu dari kantong celananya.

"Halo, bang Azka beneran ke tembak bang?"

Sangat to the poin pertanyaan Rafa saat ini.

"Iya, kenapa lo mau ke sini?"

"Iya njir, besok tapi."

"Yaudah!"

"Kakak gue gimana? Eh kenapa bisa ke tembak si? Siapa yang nembak? Terus ponakan gue gimana? Gak papa kan?"

Sangat cerewet dan kepo rafa ini.

"Ke sini aja, ntar gue ceritain."

"Oke, eh btw gue denger cewek nangis. Siapa bang? Lo lagi di rumah sakit kan, bukan di kuburan?"

"Bacot!"

Tutt...

Dengan dongkol el mematikan sambungan telefon itu.

Sedangkan Rafa yang ada di kamarnya menggerutu kesal.

"Dasar bajingan! Untung kakak ipar," ucap nya.

***

Married With CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang