43. Hasil

10 3 0
                                    

Percaya atau tidak, ada yang bilang takdir itu sudah ditentukan jauh sebelum seseorang dilahirkan. Segala alurnya telah tersusun rapi hingga kehidupan seseorang tersebut berakhir nanti.

Jadi, apa yang akan menjadi milik kita akan menjadi milik kita, dan apa yang tidak, akan tetap tidak.

Hari ini pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Hari dimana seluruh peserta ujian nantikan untuk melihat hasil dari kerja keras mereka--termasuk diriku.

Meskipun pada awalnya tidak tertarik dengan jurusan yang aku pilih ini, setelah berusaha semaksimal mungkin bohong rasanya kalau kukatakan aku tidak berharap lulus seleksi.

Aku sudah berusaha keras.
Pasti bisa!

Untuk kali ini KCCK dan aku tidak melihat pengumuman bersama dikarenakan ada hal yang mereka kerjakan.

Jevan sedang menemani ibunya ke luar kota untuk mengunjungi kak Jenie di perantauannya, Rendra dan Chan pagi ini berangkat ke rumah sakit menjenguk nenek Rendra yang dikabarkan tengah dirawat sejak 2 hari lalu, sementara Jerry.. setengah jam lalu ia mengatakan masih berada di luar.

Huft.

Kalau sendirian begini, aku semakin gugup. Mataku menatap menerawang ke arah layar laptop yang menyala.

Kemungkinan-kemungkinan mulai bermunculan di kepalaku, bagaimana jika begini, apa yang terjadi jika begitu, lalu setelah ini apakah bisa?

Kuusap wajah sembari menutup mata. Semoga lulus. Semoga aku tidak mengecewakan siapapun.

Drtttt drtt

Aku tersentak seketika menegakkan punggung, segera kuraih ponsel di sana.

Sudah waktunya.

Chandol
*send a pict
LULUS WOYYYYYY
ALHAMDULILLAH DOA ANAK SHOLEH

Ren
Kuping gue sakit setan lo
teriak2 mulu dari tadi

Chandol
Yeu emg ga bisa liat
tmn seneng lu Ren

Ren
Masalahnya ini RS njir

Jeryyyy
*send a pict
Jerry juga lulus

Jejell
*send a pict
Joinn

Chandol
MANTAPP

Ren
otw satu almet

Jeryyyy
Ala gimana?

Jejell
Al, udah liat pengumuman?

Chandol
Muncul lu Ali

Ren
Ibu dokter gmna bu?

Tanganku bergerak menutup mulut setelah menatap layar laptop yang menunjukan hasil yang ditunggu-tunggu.

Di sana, tertulis jelas.

Perlahan kuletakkan ponsel yang terus bergetar kembali ke atas meja.

Dalam hitungan detik aku terisak, kemudian isakan itu berubah menjadi tangis keras hingga ibuku buru-buru masuk ke dalam kamar.

"Ala sayang, kenapa sayang?" tanya ibuku panik yang langsung kudepat erat.

Alih-alih menjawab tangisku justru semakin kencang, pertahananku runtuh, segalanya runtuh sudah.
"Ala ga-gal bu.."

Aku tidak lulus.

Segala bayangan tentang perkuliahan, bisa mengenakan almamater yang serupa dengan KCCK, mengikuti organisasi yang sama dengan Jevan, Chan, Rendra dan Jerry. Lenyap sudah.

19 reasons to love you | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang