Aku sudah menduga, orang tua ku pasti akan salah paham mengenai kejadian pengambilan mangga pak RT yang kami lakukan kemarin siang.Oh ada beberapa hal yang perlu aku ceritakan mengenai hal itu.
Pertama, benar apa yang adik Chandra sampaikan bahwa kami semua diminta pulang karena ingin dimintai penjelasan mengenai pengaduan pria yang disegani warga itu pada orang tua kami.
Dan aku mengaku jujur karena memang benar aku melakukannya.
Kedua, semua mangga yang kami ambil belum ada satupun yang sempat kami makan, saat Jevan menyarankan untuk mengembalikan saja, pak RT justru menolak.
Jadi buah itu berakhir dibawa bapak-bapak yang sering mengangkut sampah di komplek kami. Daripada terbuang sia-sia karena orang tua kami tidak memperbolehkan mengambil buah itu.
Ketiga, tentu saja kami berlima dimarahi habis-habisan, oh tunggu, atau hanya aku dan Chandra saja?
Yang jelas saat sepeninggal pak RT selepas menerima permintaan maaf kami, ibunya Chandra langsung menarik telinga anaknya itu kembali masuk rumah, ibunya Rendra melempar tatapan peringatan sembari menarik lengan anaknya yang bertubuh kecil itu pergi.
Ibunya Jevan menasehati banyak sekali, sementara ibunya Jerry hanya diam, justru dia yang merengek meminta maaf penuh penyesalan.
Ibuku? Ah. Bahkan omelannya belum habis hingga makan malam kali ini.
"Ibu masih nggak paham, kalau pengen mangga ya ngomong gitu loh sayang, jangan mencuri. Aduh.. ibu jadi merasa nggak enak banget sama pak RT, padahal beliau udah banyak bantu kita loh mengurus surat pindah waktu itu.."
"Ih ibu.. kan Ala udah bilang, kita tuh bukan mencuri tapi ngambil tanpa bilang.."
"Ngambil tanpa izin itu namanya mencuri sayang.. Ala anak baik kan? Anak baik nggak boleh seperti itu ya sayang.."
"Sudah, sudah.. ini pembahasan kemarin jangan diungkit lagi, yang penting kan Ala udah tau kalau itu salah. Iyakan nak?" Ayahku tersenyum menatapku.
"Tapi Yah.. Ala sama temen-temen nggak maksud jahat kok, kita cuma mau uji nyali," jelasku jujur.
"Uji nyali?" Ibu dan ayahku berseru kompak lalu saling melirik sejenak.
"He'em." Aku menyuapkan kembali ayam goreng ke mulut.
Ibuku masih menatap ayahku sampai akhirnya beralih, "Sayang-"
"Ibwu.." Aku menelan makanan dimulutku. "Bu, hukuman Ala cuma sehari ini kan? Besok udah boleh keluar main lagi kan?"
"Sayang, em.. Ala emang nggak bosen main sama mereka terus?"
Aku menggeleng.
Lagi-lagi tatapan ibuku mengarah pada ayahku.
"Ala sayang.. anak perempuan itu kurang cocok main sama anak laki-laki. Nanti ayah beliin bonek-"
"Nggak mau!" potongku cepat. "Ala nggak mau main sama benda mati lagi."
"Loh kok gitu? Dulu kan Al-"
"NGGAK MAUU! Ala tetep mau main sama KCCK! Nggak mau sendirian!"
Ibuku berpindah ke sebelah ku, "Kalau gitu main sama ibu aja ya, Ala kan pinter, sebentar lagi kelas lima loh.."
Aku tetap menggeleng.
"Sekarang bilang ayo, Ala mau apa supaya nggak banyak main di luar? Biar ayah sama ibu turutin.."
"Hm.." Aku berpikir setelah mendengar tawaran ayahku.
Apa ya kira-kira yang aku inginkan? Mainan sudah banyak.
Sepeda sudah punya. Kucing? Ah di rumah Jevan juga ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/279021688-288-k978875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
19 reasons to love you | 00L
Novela JuvenilMemang benar tidak pernah ada alasan tertulis untuk mencintai. Kamu adalah sebuah pengecualian. - '19 reasons to love you' adalah sebuah tulisan sederhana yang Ala tuliskan sebagai hadiah ulang tahun untuk cowok bernama Jevan, sahabat sekaligus satu...