Sore ini aku menangis lagi.
Melempari spidol warna ke penjuru kamar nyaris frustasi—kemudian meminta maaf karena tak sengaja mengenai poster Lee Taeyong yang tampan bak blasteran korea syurga.Semua karena PR matematika seminggu lalu yang tak kunjung terselesaikan.
Aku memang bodoh ternyata.
Arghhh tidak, siapa yang bilang aku begitu. Aku bukan bodoh, hanya kurang pintar saja.
"Ada apa lagi sih Al?"
"Ibuuu.." rengekku melihat ibu tiba-tiba muncul di ambang pintu.
"Kamu main keluar sana, seminggu di kamar terus makin aneh ibu liat."
"Aih ibu anak sendiri dibilang aneh— eh loh ibu mau ke mana?" tanyaku menyadari mertua dari suami ku kelak itu rapi dengan kebaya.
"Mau kondangan sama ayah, kamu ke rumah Jevan aja ya kalau takut sendirian—"
"Ihh ibu, kan tau sendiri Ala lagi males sama Jejel."
"Siapa suruh males."
"Jejel punya pacar tau, bu," ucapku asal.
"Ya biarin. Lagipula anak ganteng gitu, rugi atuh nggak pacaran."
"Ibuuuu.."
"Kenapa lagi anak ayah?"
Ayah tiba-tiba muncul di belakang ibu."Yah, minta uang dong!" Aku cengengesan.
Benar ya kata orang, uang dapat menuntaskan segala kegalauan. Buktinya setelah diberi selebaran uang biru oleh ayah, senyumku langsung memerkah sembari melangkah ringan ke Indomaret di seberang gerbang komplek.
"Dek Ala pasti mau ke Indoagustus," seru Bang Ajep dari bengkel mobil yang letaknya bersebelahan dengan tempat tujuanku.
"Betul, mau nitip nggak bang?"
"Abang mah biasa jajan di warung dek, nggak tahan ac."
"Yeu sekali-sekali harus coba, bang."
"Jep kerja lu, ngobrol mulu dari tadi!" teriakan teman bang Ajep membuat aku terkekeh kemudian memanfaatkan kesempatan untuk segera kabur dari sana.
"Mending sprite atau cola ya?"
gumamku menatap kulkas besar itu bimbang seperti biasanya.Ketika hendak menarik gagang kulkas ponsel di saku hoodie ku terasa bergetar lama, sebuah panggilan tertera di sana.
'Jevan Jelekkk'
Aku tak menghiraukan, memasukan kembali benda tersebut ke saku. Belum sampai tiga detik benda itu kembali bergetar.
Kali ini bukan panggilan, melainkan sebuah pesan.
Jevan Jelekkk
Al, lagi ke luar?
Rumah kok kosong?Aku membalas dengan emot jempol.
Drttt
Jevan Jelekkk
Ke mana?Ku balas dengan emotikon monyet menutup mulut, tanda tak ingin memberitahu.
Drttt
Jevan Jelekkk
Tunggu di sanaHah? Emang Jevan tau??
Bahuku terangkat acuh.Sudah seminggu sejak kejadian itu, kalian tau? Thia tidak melakukan apa yang aku minta, ia tidak pergi ke ruang BK, takut ketahuan kak Gama katanya. Aku tak sepenuhnya menyalahkan dia meskipun sejujurnya kesal bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
19 reasons to love you | 00L
Fiksi RemajaMemang benar tidak pernah ada alasan tertulis untuk mencintai. Kamu adalah sebuah pengecualian. - '19 reasons to love you' adalah sebuah tulisan sederhana yang Ala tuliskan sebagai hadiah ulang tahun untuk cowok bernama Jevan, sahabat sekaligus satu...