PROLOG

173 5 0
                                    


April, 2021.

Tes

Tes

Tes

Satu per satu butiran air hujan terasa jatuh membasahi bahu gaun hitam ku, sepertinya hembusan angin membawanya ke sana, tak ingin keberadaan payung lebarnya sia-sia lelaki di sampingku mengorbankan setengah tubuhnya basah agar aku tetap terlindungi.

Jujur, ingin sekali aku mengatakan untuk tidak perlu melakukan hal itu. Sungguh, bukan bermaksud untuk sekedar basa basi semata, hanya saja.. aku merasa sekuat apapun orang-orang menopangku, rasanya hanya akan berakhir sia-sia.

Begitulah, ku harap bisa dimengerti ya. Energiku benar-benar terkuras habis hari ini, aku terlalu lelah untuk bercerita panjang lebar.

"Nah udah sampai," kata lelaki dengan senyum lebar itu ketika kami berhenti di depan pintu rumah ku.

Sudah tau, aku kan bisa melihat!

Ku buka pintu rumahku yang terkunci kemudian berbalik menghadapnya, ku lihat kedua teman lelakinya berdiri di belakang masing-masing memegang sebuah payung serta memasang wajah bodoh menatap ku.

Hei, jika dilihat seperti ini mereka jadi seperti.. trio payung.
Oh bukan, bukan, umbrella boys? Haha. Harusnya mulai saat ini mereka mengganti nama geng dengan itu.

Bagus tauuu, iya kan?

"Istirahat ya, princess. You are our strong girl, don't ever feel alone, inget ada kita. Oke?"

Aku hanya menanggapi kalimat Jerry dengan anggukan kepala singkat. Ketiga lelaki seusia diriku itu kemudian tersenyum, meskipun aku tahu itu semua palsu.

Jerry—lelaki dengan senyum paling lebar itu memberikan setangkai mawar merah ke tanganku, sebelum akhirnya pamit pulang diikuti kedua temannya yang tidak seceria biasanya.

Ku tutup pintu pelan bersamaan dengan helaan napas panjang.

Sunyi, hampa.

Alih-alih segera menuju kamar untuk mengistirahatkan tubuh, aku justru melangkah membuka lemari pendingin di dekat meja makan.
Kalau sedang sedih biasanya aku melampiskannya dengan makan coklat, atau minum banyak air sampai kembung, atau membuat banyak pesawat kertas dan menerbangkannya dari jendela kamarku di lantai dua hingga ibuku marah-marah karena benda itu mengotori halaman rumah kami.

Ah. Aku mendesah kecewa, sayang sekali tidak ada satupun coklat di lemari pendingin kami.

Tidak ada makanan lainnya juga, hanya ada sebotol jus jeruk dan semangkuk sayur yang kuahnya mulai membeku. Sepertinya ibuku belum berbelanja.

Blam.

Bahuku merosot tak berselera, tidak bisa makan coklat, tidak ingin minum sampai kembung karena ini sedang hujan—repot bolak balik kamar mandi. Tidak bisa membuat pesawat kertas karena sepertinya tetangga nakal itu berhasil mencuri sisa origamiku beberapa hari lalu.

Akhirnya ku putuskan untuk naik ke kamar ku saja. Jantungku nyaris meloncat keluar saat melihat bayangan di cermin yang ternyata adalah diriku sendiri.

Sial, memangnya aku semenyeramkan itu.

Ku selipkan setangkai mawar merah yang Jerry berikan diantara gelas alat tulis milikku, ya.. aku tidak punya vas bunga.

Huft. Tanganku menopang dagu setelah menempati kursi meja belajarku.

Lagi lagi rasanya hampa.

Sekarang aku harus melakukan apa ya, aku tidak ingin melamun. Kata Chandra, kalau orang sedang sedih trus melamun nanti tubuhnya diambil arwah nenek-nenek.

Oh iya, Chandra itu temannya Jerry, salah satu umbrella boy tadi.

Aku juga sedang tidak mau tidur, aku takut memimpikan sesuatu atau lebih tepatnya.. seseorang.

Kalau kebanyakan orang senang memimpikan orang yang mereka cintai, aku justru enggan.

Terutama untuk saat ini.

Anyway, apa kalian juga pernah jatuh cinta?

Rasanya aneh ya, aneh saja gitu.

Tau mengenai tetangga nakal yang aku katakan tadi? Jangan kaget ya. Sebenarnya aku suka pada anak itu, sttttt.

Nanti aku ceritakan, tapi tidak sekarang, sudah ku bilang kan aku sangat lelah.

Pokoknya kalian harus kenal dia.
Dia itu orang teranehhhh yang pernah aku kenal.

Ah! Mendadak aku dapat ide hal apa yang akan aku lakukan sekarang.

Tanganku segera meraih sebuah buku dibawah belasan pensil warna dan potongan kertas yang berserakan—iya iya aku akan merapikan itu nanti.

19 reasons to love you

Sebaris kalimat yang tertulis pada halaman pertama, sembilan belas poin yang tak kunjung kuselesaikan sejak kurang lebih tiga atau empat bulan lalu.

Aku memang orang yang payah—Eh tapi meskipun begitu jangan pernah panggil aku payah ya, nanti aku ngambek.

Dan tenang, akan ku selesaikan ini semua dalam sekejap lalu membawanya pada anak itu sebagai hadiah ulang tahunnya nanti..

Aku mengambil pena lantas mulai menulis, mencoret, berpikir kembali, menulis, lagi-lagi mencoret, mencoba mengisi satu per satu poin yang ternyata tidak semudah makan ciki-ciki.

Hari ulang tahun kami sama, di tahun yang sama pula. Pertanda berjodoh kah? Hahaha. Tapi sayang sekali tahun ini aku tidak bisa lagi meminta hadiah dari anak itu.

Menyebalkan, kan?

Di luar, hujan tak kunjung terhenti dan awan gelap pun masih menutupi langit. Ah, cukup. Aku ingin fokus menyelesaikan ini dulu.

Tidak apa-apa, kan?
Iya dong harus.

Sampai nanti ya.

.

.

Tbc..

18/08/21

Haiii,
thanks for finding this story!

Cerita ini mungkin akan pake alur mundur/campuran

Cerita santai ya, jadi ngga perlu diseriusin sksksk

Semua murni fiksi

Free Vote + comment!

19 reasons to love you | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang