Juli 2012Awal semester aku naik kelas 6,
ah apa kalian tahu sekarang rambutku sudah sepanjang apa? Nyaris sepinggang, aku suka sekali menyisirnya. Rasanya sudah sangat panjang dan aku jadi merasa mirip Rapunzel, hihi.. bedanya rambut ku tidak pirang.Oh iya sesekali aku ingin membicarakan mengenai sekolahku deh. Kalian tahu, semester lalu aku dapat rangking sepuluh besar di kelas. Aku menjadi seperti wow, benarkah? Yaa mungkin bagi sebagian orang itu mudah, tapi bagi diriku yang super malas belajar adalah suatu pencapaian yang mengejutkan.
Ayah mengatakan bahwa ia sangat bangga padaku, ibuku juga, ya meskipun sebelumnya ia bilang liat tuh si Jevan dapat rangking satu lagi, kamu kapan? dahulu.
Sebenarnya aku juga bisa sih dapat rangking satu—dari belakang.
Haha bercanda.
Hm.. akhir-akhir ini aku dan temanku sering ke perpustakaan sekolah, baca buku teka-teki petualangan bersama yang ceritanya seru sekali—meskipun tebalnya wah mengalahkan kamus bahasa.
Judulnya Ullyses more.
Siapa tahu kalian juga ingin membacanya.
Kami baru menyelesaikan satu series buku setelah berminggu-minggu,
saat mendadak Rara mengajak ku mengobrol alih-alih lanjut membaca buku berikutnya."Eh Ala Alaa.."
"Hum?" Aku beralih dari sampul buku ratusan halaman tersebut.
"Kamu kenal Naufal anak kelas enam c?"
Naufal? Kelas 6 C? Aku mencoba mengingat-ingat.
"Ohh anak yang pernah ngambrukin papan tulis kelasnya itu bukan?"
Rara tertawa, kemudian menutup mulutnya. "Iya bener dia."
"Kenapa emang?"
"Tapi janji jangan bilang siapa-siapa ya, dia kemaren ngasih surat ke aku loh.."
"Ha surat apa?"
Perempuan dengan kucir kuda itu mengeluarkan sesuatu dari saku rok merahnya, "Ini, liat deh.."
Aku membuka lipatan kertas binder berwarna pink yang sedikit lecek. Mataku langsung berkedip-kedip melihat tulisan cakar ayam di sana, tidak jelas, yang bisa terbaca hanya dari dan untuk sebagai kepala surat.
"Wah parah tulisan si Naufal.." Aku berdecak.
"Ck. Sini deh biar aku aja yang bacain!" Rara merebut suratnya kembali.
"Duh sebenarnya emang agak nggak jelas sih Al. Tapi intinya dia itu bilang suka ke akuu.."
"Suka? Ciee.." Aku menyenggol bahu Rara dengan bahuku.
Wajahnya seketika malu-malu.
"Kamu suka juga nggak?" tanyaku yang kemudian diangguki Rara semakin malu-malu.
"Ciee Rara love Naufal.."
"Ih Al, tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Janji dulu?"
"Iya deh janji."
"Kalo kamu gimana?" Ia bertanya balik. "Ayo cerita.."
"Apanya?"
"Ada orang yang kamu suka nggak?"
Tiba-tiba wajah Jevan muncul di benak ku.
Apa-apaan!
"Nggak ada," jawabku cepat.
"Bohong!"
Aku tetap menggeleng.
"Ya udah, kalau udah ada cerita ya Al. Aku nggak bilang siapa-siapa kok.."
KAMU SEDANG MEMBACA
19 reasons to love you | 00L
Roman pour AdolescentsMemang benar tidak pernah ada alasan tertulis untuk mencintai. Kamu adalah sebuah pengecualian. - '19 reasons to love you' adalah sebuah tulisan sederhana yang Ala tuliskan sebagai hadiah ulang tahun untuk cowok bernama Jevan, sahabat sekaligus satu...