Aku melipat origami ke sekian menjadi bentuk pesawat terbang yang sudah kuhafal di luar kepala.Tiga hari sejak ulang tahun ku,
kamar ini masih menjadi saksi persembunyianku dari empat anak laki-laki kucel itu.Aku sengaja menghindari mereka.
Malas saja.
"Huft." Origami terakhir berhasil kuselesaikan, kini lantai kamar ini dipenuhi pesawat terbang dengan warna yang beragam.
Ah cantiknya, hanya saja sedikit berantakan.
Ingatanku tiba-tiba kembali memunculkan wajah Jevan, hish kenapa selalu muncul sih.
Aku masih kesal, anak itu ternyata menyebalkan juga ya.
Kenapa ia bicara begitu padaku? Dia bilang aku memaksakan diri berteman dengan KCCK jika kalian lupa. Padahal kan Jevan sendiri yang membawaku pada teman-temannya.Iya kan? Aneh.
Tapi, bagaimana kalau ternyata.. memang benar selama ini mereka merasa tidak berkenan?
Ah yasudah.
Mereka pikir mereka siapa? Mereka pikir teman ku hanya mereka? Hah.
Ya benar sih....
tapi kan- itu.. sebelum aku tahu kalau ternyata mereka menyebalkan!Kubawa pesawat-pesawat karyaku ke atas meja belajar lantas menarik kursi agar mudah melihat ke luar jendela kamar. Angin semilir berhembus lumayan kencang di lantai dua ini.
Bagus. Aku mengambil pesawat kertas lalu menerbangkannya satu per satu ke luar jendela.
Mereka pikir aku akan sedih?
Kesepian?
Berharap mereka datang dan mengajakku bermain lagi seperti dua hari belakangan?
Jangan harap.
Ku terbangkan satu lagi pesawat kertas hingga kembali mendarat di halaman depan rumahku-bersama puluhan pesawat lainnya. Kini halaman tersebut mendadak beralih fungsi menjadi bandara pesawat origami.
Alis ku terangkat saat mendengar suara berisik, benar saja, KCCK tampak melintasi jalanan depan rumah bermain sepeda dengan hebohnya.
Cepat-cepat ku tutup tirai jendela dan mengintip dari baliknya yang transparan.
Di sana terlihat Chandra mengikat beberapa kaleng ke besi sepedanya, membuat benda itu terseret di jalanan dan otomatis mengeluarkan suara yang berisiknya bukan main setiap kali dirinya mengayuh.
Rendra yang bersepeda tepat di belakang Chandra ngedumel tak henti, sedangkan Jerry dan Jevan tergelak menikmati tontonan itu.
Asik sekali mereka.
Sesaat kemudian keempatnya terhenti ketika Jerry menunjuk halaman rumahku yang penuh dengan pesawat kertas, ia seperti mengatakan sesuatu.
Nyaris saja aku terjengkang dari kursi saking terkejutnya melihat mereka kompak menatap ke arah jendela kamarku.Apa mereka melihatku?
Cepat-cepat aku kabur meninggalkan kamar.
"ALA'A MAIN YUKK!"
Ah itu suara mereka.
"ALIII!!"
"Sayang, temen-temen kamu tuh.." Ibuku menghampiri sedikit heran menemukan diriku tengah duduk menopang dagu di tangga.
Aku beranjak tanpa mengatakan apapun.
Klek.
"Apa?" tanyaku galak setelah membuka pintu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
19 reasons to love you | 00L
Ficção AdolescenteMemang benar tidak pernah ada alasan tertulis untuk mencintai. Kamu adalah sebuah pengecualian. - '19 reasons to love you' adalah sebuah tulisan sederhana yang Ala tuliskan sebagai hadiah ulang tahun untuk cowok bernama Jevan, sahabat sekaligus satu...