23 : NASEHAT GALAKSI

2K 228 10
                                    

Brukk

Galadrik menatap seragam SMP yang putih bersih kini berubah menjadi coklat setelah secangkir es tumpah ke bahunya. Dia mendongak menatap kakak kelas yang berdiri dan menatapnya tanpa rasa bersalah.

"Punya mata gak lo?" ketus Dara pada kakak kelasnya.

"Gak sengaja," balas laki-laki dengan name tag Renaldi itu.

Dara merotasikan matanya malas, dia berdiri dan menatap tajam Renaldi. "Gak usah alasan, gue lihat lo sengaja nabrak Gala. Lagian pikir dong. Ni tempat luas, bisa-bisanya lo nabrak. Buta?"

Renaldi mendengkus. "Bacot banget sih, gue udah bilang kalau gue gak sengaja. Lagian kenapa lo yang sewot, ni anak papi juga diam aja."

Galadrik masih diam tanpa respon, sebenarnya dia sangat malas berurusan dengan orang ini dan menimbulkan masalah.

"Nyebelin banget sih," ketus Dara. "Heh, jangan karena lo senior terus kita takut. Minta maaf sekarang."

"Lo masih kelas delapan, gak usah sok-sokan. Segininya lo belain dia? Udah di kasih apa aja sama dia? Dengar-dengar dia anak orang kaya? Oh atau lo jual diri ya sampai dia cuma mau main sama lo."

Bugh

Suasana kantin berubah ramai, mereka terkejut melihat Galadrik yang terkenal pendiam, kini berani memukul salah satu kakak kelas yang cukup di segani di sekolah itu.

"Jaga mulut lo," ucap Galadrik dingin.

"Bangsat!" umpat Renaldi.

Bugh

Membalas pukulan Galadrik, kini kedua remaja itu saling pukul hingga membuat suasana semakin panas. Dara terkejut, dia hendak menarik Galaksi namun seseorang mencekal tangannya.

"Lo disini aja," ujar teman Renaldi. "Gak usah sok kuat, nanti nangis."

Bugh

Dara memukul laki-laki itu dengan kuat. "Bacot lo, lo kira gue takut sama lo?" ketusnya.

Belum sempat membalas, teriakan dari guru yang datang membuat suasana hening seketika.

"APA-APAAN KALIAN INI? BERHENTI."

Galadrik bangkit dan merapikan seragamnya, dia menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya lalu menatap Renaldi tajam.

"Kalian berdua ikut saya ke ruangan."

Penuh perasaan dendam, baik Galadrik maupun Renaldi mengikuti langkah pak Genta. Dara melempar tatapan sinis pada laki-laki tadi sebelum mengikuti Galadrik meski dia hanya bisa menunggu di luar ruangan.

"Sudah hebat kalian? Sudah merasa jago sampai berkelahi di sekolah?" tanya pak Genta dingin.

"Dia pukul saya duluan, pak," ujar Renaldi membela diri.

Pak Genta menatap Galadrik tajam. "Kenapa kamu pukul dia?"

"Dia numpahin es ke baju saya, gak minta maaf dan malah berbicara yang tidak-tidak tentang sahabat saya." Galadrik menjawab dengan tenang.

"Gue gak sengaja," sela Renaldi.

"Apa salahnya minta maaf dan semuanya selesai," ketus Galadrik. "Bukan Ngatain Dara ngejual diri."

"Renaldi," geram pak Genta. "Kamu benar-benar keterlaluan."

Bukannya merasa bersalah, Renaldi malah menatap sinis Galadrik. Seperti ada dendam yang Renaldi simpan untuk Galadrik hingga dia berlaku seperti itu.

"Minta maaf sekarang," ujar pak Genta. "Cepat."

Renaldi mendengkus. "Sorry."

"Yang benar, Renaldi."

Bad Seventeen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang