Sejak sore, Galadrik tidak keluar dari kamarnya. Dia tengah membaca sebuah buku yang dia temukan kemarin malam. Awalnya hanya membaca asal halaman awal, tapi karena kepalang penasaran, Galadrik memilih untuk menyelesaikan bacaannya.
Bahkan setelah malam datang saja, Galadrik tetap di kamar meski dia sempat makan malam terlebih dahulu. Tidak ada Galaksi, karena ayahnya itu tengah berada di luar kota untuk pekerjaan.
Sebenarnya Galadrik sedikit kesal karena hari ini adalah hari spesial untuknya, dia sangat ingin ada Galaksi di rumah. Alih-alih berbahagia, Galadrik malah mengumpati isi cerita dari buku yang dia baca.
"Ada manusia sebaik ini?" tanya Galadrik. "Sudah di sakiti, sudah di hancurkan, malah memaafkan."
"Secantik apa sih Daisy?" gumamnya lagi. "Penulisnya terlalu berlebihan mendeskripsikan cerita, setiap kalimatnya selalu ada kata pujian untuk Daisy."
Galadrik mengamati buku itu, sepertinya ini adalah buku dengan genre fiksi penggemar. Nyatanya sang penulis lebih mengedepankan kepentingan satu tokoh saja, hanya fokus untuk membahas betapa sempurnanya seorang Daisy di kehidupannya.
"Gak adil," ketusnya. "Alister hidup dengan baik setelah kepergian Daisy. Seharusnya yang di hukum Alister, kenapa malah yang meninggal Daisy?"
"Karena hukuman yang sebenarnya adalah kehilangan."
Galadrik tersentak, dia menoleh dan mendapati Galaksi berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ayah kapan pulang?" tanya Galadrik tidak percaya.
"Barusan." Galaksi masuk ke kamar Galadrik. Dia tersenyum melihat buku putih yang di genggam anaknya.
"Sudah selesai baca?" tanya Galaksi yang di angguki Galadrik.
"Menurut kamu gimana ceritanya?"
"Bagus, tapi kurang puas. Alister terlalu hidup enak, laki-laki brengsek bukannya harus dapat karma? Mungkin dia mencintai Daisy, tapi perbuatan dia di masa lalu gak bisa di lupain gitu aja."
"Tidur, sudah hampir tengah malam."
"Besok libur."
"Apa masalahnya?"
Galadrik mendengkus. "Ayah besok di rumah, kan?"
Galaksi mengangguk dalam perjalanannya keluar kamar, dia langsung menarik kopernya menuju kamar dan membersihkan diri.
Memang rasa kantuk sudah menyerang, Galadrik bahkan sudah berbaring. Jika dia melihat jam, sekarang memang sudah jam setengah dua belas. Ya walaupun dia juga sering begadang, tapi karena dia sibuk membaca sepanjang malam membuatnya lelah sendiri. Apalagi siang tadi dia sedikit melakukan sesuatu yang cukup menguras tenaga.
Sudah memejamkan mata, sudah menyesap jempolnya, sudah mengatur suhu AC senyaman mungkin, namun matanya tetap tidak bisa tidur di tengah rasa kantuk.
Galadrik mengerang kesal, dia mengantuk, tapi tidak bisa tidur. Ada yang janggal baginya, entah apa tapi ada. Dia kembali duduk, menatap ke sekeliling kamar dan mencari apa yang dia bingungkan namun tidak ketemu.
Oh ayolah, ternyata dia tengah menunggu hari berganti. Hari kelahirannya, hari istimewa untuknya.
17 tahun!
Galadrik akan berusia 17 tahun, mungkin tidak merubah apapun, tapi dia hanya senang. Angka itu adalah angka yang di idam-idamkan para remaja, tentu Galadrik juga.
Siapa yang sangka, hidup sesingkat ini. Bayi yang lahir tanpa persiapan, lahir tanpa senyum kebahagiaan, kini sudah tumbuh menjadi remaja yang bertanggung jawab dan kuat. Remaja yang sudah bisa menemukan jalannya sendiri, remaja yang sudah bisa di andalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/303273495-288-k95622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Seventeen [END]
أدب المراهقينKaluna Wastu Kencana, gadis cantik nan anggun yang baru saja memasuki umur 17 tahun. Tapi bagaimana jika semuanya hancur dalam satu malam? Kaluna harus kehilangan ayah dan ibunya tepat di malam ulang tahunnya, bahkan lebih parahnya, dia harus kehil...