Setiap harinya Galaksi di penuhi oleh Galadrik, dia makan, dia tidur, dia melakukan apapun pasti ada Galadrik. Seperti sekarang, Galaksi tengah melakukan meeting online bersama beberapa karyawan.
Tanpa meninggalkan Galadrik, Galaksi dengan setia mengikut sertakan Galadrik meski dia harus membagi fokusnya.
Mendengarkan salah satu karyawannya yang tengah mempresentasikan inti rapat kali ini, Galaksi memangku Galadrik dengan tangan yang setia memegangi botol susunya.
"Bagaimana dengan perkembangan perusahaan di Surabaya?" tanya Galaksi.
"Dari hasil pemasukan, perusahaan di Surabaya cukup berkembang, pak. Ada tambahan dana yang di kirim dari perusahaan pusat atas perintah bapak Samudra untuk peningkatan gaji karyawan yang baru."
"Ada yang lain?" tanya Galaksi lagi.
"Sebagian karyawan--"
"Aaagrhhhh.."
Galaksi mengerang saat hawa panas menyerang perutnya, dia menunduk untuk menatap Galadrik yang tersenyum. Melihat itu, Galaksi ikut tersenyum.
"Kalian lanjutkan saja, saya harus mengganti popok anak saya," ujar Galaksi mematikan kameranya.
Galaksi mengangkat Galadrik menuju ke tempat ganti baju, dia langsung membuka pakaian Galadrik. Membersihkan bagian tubuh yang basah lalu mengantikan bajunya lagi.
Senyumnya merekah, Galaksi menciumi wajah Galadrik dengan gemas. Anaknya sudah berusia dua bulan, dia benar-benar mengurus Galadrik sendirian.
***
Galadrik tengah tidur dengan sangat nyenyak, Galaksi sibuk menyiram tanaman yang ada di dalam rumah. Dia selalu menjaga tanaman itu agar tetap tumbuh dengan sehat.
Pagi ini, Galaksi akan membawa Galadrik imunisasi. Karena Galadrik telah terdaftar di puskesmas dekat rumah, maka dari itu Galaksi akan membawa Galadrik kesana.
Setelah siap dengan semuanya, Galaksi membawa Galadrik. Dia menidurkan Galadrik di jok belakang, menggunakan tempat tidur khusus yang sudah di siapkan. Lalu mereka berangkat ke puskesmas.
Seperti bulan lalu, Galaksi menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Bagaimana tidak, Galaksi menggunakan celana dasar hitam dan kemeja putih dengan kancing atas yang terbuka, bahkan lengan panjang dari kemeja Galaksi di gulung membuat kesan tampan yang semakin menjadi-jadi.
"Nama anaknya siapa, mas?" tanya seorang wanita yang duduk di samping Galaksi.
"Galadrik," jawab Galaksi malas.
"Aduh gantengnya, mirip banget sama papanya. Papanya juga ganteng ih. Sendirian aja? Mamanya mana nih?"
Galaksi menoleh, dia menatap datar wanita itu. "Di rumah."
"Ih, kok malah mas yang bawa imunisasi? Mamanya malas, ya? Kasihan banget."
"Anda terlalu banyak bicara," sentak Galaksi. "Jangan mengatai istri saya yang baik hati, perbaiki hati buruk anda itu." Galaksi berdiri dan pindah tempat duduk, dia mendengkus kesal.
"Sabar," bisik seorang wanita yang jauh lebih tua. "Watak manusia banyak jenisnya, jadi gak perlu heran kalau ketemu yang begitu."
Mendengar itu, Galaksi mengangguk pelan.
"Umur berapa?"
"Dua bulan."
"Cucu nenek tiga bulan. Kemana ibunya?"
Galaksi menghela napas berat. "Sudah meninggal, nek."
Nenek itu tersenyum. "Alva juga," ujarnya. "Orang tuanya meninggal kecelakaan mobil sebulan yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Seventeen [END]
Ficção AdolescenteKaluna Wastu Kencana, gadis cantik nan anggun yang baru saja memasuki umur 17 tahun. Tapi bagaimana jika semuanya hancur dalam satu malam? Kaluna harus kehilangan ayah dan ibunya tepat di malam ulang tahunnya, bahkan lebih parahnya, dia harus kehil...