18 : KALUNA DAN KEMENANGAN SEMESTA

3.2K 309 33
                                    

Hidup perihal menyambut dan melepaskan, itu yang Galaksi ketahui. Jika di minta untuk memilih, Galaksi akan sangat kebingungan. Dia akan sangat bahagia menyambut yang datang, tapi tidak sanggup melepaskan yang ada.

Seharusnya Galaksi bisa menyadari kondisi Kaluna, dia terlalu percaya pada istrinya. Keadaan yang buruk membuat Galaksi semakin berpikir buruk pula, ini sulit untuknya. Mengingat bagaimana kondisi istrinya tadi, Galaksi tidak bisa berhenti untuk menangis.

"Ya Tuhan, selamatkan mereka," lirih Galaksi menangis.

Hanya bisa menunggu tanpa kepastian, Galaksi menangis di dalam dekapan ibunya.

"Sabar," bisik Ananta.

"Kenapa lama banget, ma?" tanya Galaksi lemah.

"Gal, kita tunggu dokter. Mereka pasti melakukan yang terbaik," ujar Ananta menenangkan.

Baru saja Galaksi merasakan kebahagiaan di hidupnya, baru saja dia sangat bersyukur memiliki Kaluna di sampingnya. Kini dia harus menerima kenyataan bahwa hidup istri dan anaknya tengah di pertaruhkan.

Samudra hanya diam, dia menatap Galaksi dengan pandangan yang amat menyedihkan. Anak yang sangat jarang menangis kini tengah meratapi nasibnya.

"KAK!!"

Meisya datang bersama orang tuanya, dia langsung ikut duduk di samping Galaksi dan memeluknya.

"Kaluna, Mei. Dia sakit," lirih Galaksi melepaskan Ananta dan beralih memeluk Meisya.

Gadis kecil itu menangis, dia mengelus rambut Galaksi yang semakin terisak. Mendengar kabar Kaluna, Meisya hampir saja celaka karena nekat berlari menyebrang jalan tanpa memperhatikan kendaraan yang hampir menabraknya.

"Gagal jantung?" tanya Nusantara tidak percaya.

Samudra mengangguk, dia tidak mengeluarkan suara. Suasana semakin terasa tegang, Milka sibuk menenangkan kakak iparnya, Ananta.

"Aku sudah hubungi Haris, dia sedang dalam perjalanan," ujar Nusantara lagi.

Ceklek

Pintu terbuka, mereka langsung berdiri dan menatap dokter yang keluar dengan baju operasinya.

"Bagaimana anak dan istri saya, dokter?" tanya Galaksi cepat.

"Anak bapak sudah lahir, pak. Sangat tampan," jawab dokter itu membuat Galaksi merasakan lega yang tidak terkira. "Anak bapak belum bisa di kunjungi, karena harus berada di box inkubator."

"Istri saya bagaimana? Kapan saya bisa menemuinya?" tanya Galaksi lagi.

Dokter itu mengusap wajahnya dan menatap Galaksi dengan sendu. "Pak, istri bapak tidak dapat di selamatkan, maafkan kami."

Mereka terdiam, Ananta hampir saja jatuh jika tidak di tahan Milka. Mereka syok dan tidak percaya. Galaksi berjalan mendekati pintu, dia berniat masuk namun di tahan dokter itu.

"Pak, sabar."

Tatapan Galaksi menajam, dia menatap dokter itu dengan perasaan marah. "Sabar?" tanya Galaksi. "Saya ingin menemui istri saya, biar saya yang melihatnya. Kalian semua tidak becus."

"Pak, mohon maaf. Istri bapak sudah meninggal, bahkan sebelum operasi berjalan. Sangat beruntung jika anak bapak masih bisa di selamatkan."

"JANGAN BOHONG!!"

"ISTRI SAYA MASIH HIDUP. DIA AKAN SELALU HIDUP."

Meisya terkejut, dia memeluk ayahnya karena merasa takut. Milka membawa Ananta untuk kembali duduk, sedangkan Samudra menahan Galaksi yang mengamuk.

Bad Seventeen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang