24 : HARI KELULUSAN GALADRIK

2.4K 236 24
                                    

Semakin dewasa, Galadrik semakin mengerti jika kehidupan manusia tidak bisa di ukur dan di samakan. Dulu dia pernah berpikir jika kelahirannya adalah petaka, seharusnya dia tidak lahir ke dunia, seharusnya masih ada bundanya saat ini. Tapi, semakin dia pikirkan, semakin mengerti pula dia.

Sangat bodoh karena berpikir buruk tentang perjuangan Kaluna hanya sia-sia, seharusnya dia tidak menyalahkan dirinya sendiri. Hidupnya berharga, bundanya bertahan hanya untuk dia, dan Galadrik akan memanfaatkan hidupnya dan tumbuh menjadi laki-laki kuat agar bundanya tidak kecewa.

"Mikirin apa?" tanya Dara yang tengah makan es krim.

Galadrik menggeleng, dia menyesap es krim coklatnya tanpa suara.

"Gala, nanti kalau kita masuk SMA, harus sekelas, ya. Masa di SMP kita gak pernah sekelas, kan nyebelin. Lo selalu masuk kelas unggul sedangkan gue enggak," ketus Dara mengingat Galadrik selalu berada di kelas unggulan karena dia selalu meraih juara satu di kelas bahkan paralel.

"Makanya belajar biar masuk kelas unggul," sahut Galadrik membuat Dara mendengkus.

"Telat, kita udah mau perpisahan," ketus Dara lalu mengerucutkan bibirnya. "Ya.., ya yaaaa.., gue mau sekelas, Gal. Gak mau jauh-jauh."

"Yang penting satu sekolah, Dar. Gak harus sekelas."

Dara membuang cone es krimnya membuat Galadrik terkejut. "Lo gak mau banget sekelas sama gue," sentak Dara berdiri dan menatap tajam Galadrik. "Malu punya sahabat bego? Malu ngakuin gue? Oh atau lo beneran udah pacaran sama si Dinar itu, hah? Makanya lo gak mau dekat-dekat sama gue karena Dinar pasti suruh lo jauhin gue. Jahat banget."

"Lo apaan sih?" heran Galaksi.

Mata Dara berkaca-kaca. "Gue gak pernah larang lo dekat sama cewek, gue gak masalah kalau lo mau pacaran. Tapi gue gak suka Dinar, dia cewek centil. Lo harusnya tau, gue gak mau dia manfaatin lo."

"Gue gak pacaran," tegas Galadrik.

"Bohong."

Galadrik berdiri. "Enggak, gue beneran gak pacaran. Dekat aja enggak."

"BOHONG LO BOHONG, KEMARIN LO LEBIH PILIH PULANG SAMA DIA DI BANDING GUE. GUE BENCI LO."

Dara berlari meninggalkan Galadrik di taman, dia menangis dan langsung pulang ke rumah Galadrik. Awalnya Galadrik tidak terlalu memikirkan itu karena Dara juga pulang ke rumahnya, tapi saat melihat Dara langsung meminta sopirnya untuk pulang, Galadrik langsung berlari dan menghentikan mobil hingga dia hampir tertabrak.

"Keluar," titah Galadrik.

Dara menangis di dalam mobil, dia mengunci pintu dan tidak membiarkan Galadrik membukanya.

"Jalan pak," isak Dara.

"Pak, buka pintunya," ujar Galadrik.

Sopir itu kebingungan, tapi karena dia sudah tahu bagaimana sifat kedua majikannya ini, maka dia memilih untuk membuka kuncinya. Galadrik langsung menarik Dara keluar dari mobil meski Dara menolak.

"Kita ngobrol di dalam, ya?" bujuk Galadrik menarik tangan Dara lembut.

"GAK MAU, LEPAS. GUE MAU PULANG."

"Gak akan pulang sebelum lo berhenti marah," tolak Galadrik menarik Dara masuk ke dalam rumah.

Dara kesal, dia memukul punggung Galadrik hingga genggaman tangan itu terlepas. Galadrik mulai kesal, dia menarik Dara dan memeluknya.

"Gue gak pacaran, gue gak suka sama dia. Gue gak kenal, Dara. Kemarin pulang sama dia? Kapan? Lo lihat? Pulang pake apa? Gue suruh lo pulang duluan karena gue di minta guru untuk ke ruangannya sebentar."

Bad Seventeen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang