23. IAH - Cinta atau Nafsu?

153K 15.9K 3.6K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Bal."

Iqbal. Lelaki itu yang masih tengah asik memainkan handphonenya menoleh ke sumber suara. Seperti ada yang memanggil namanya?

Seseorang pun tiba-tiba menghampiri Iqbal. Terlihat dari postur tubuhnya, bahwa dia adalah seorang laki-laki.

"Assalamualaikum..." katanya menyapa. Lelaki itu melepas topi hitam yang ia kenakan dengan tanpa izin ia duduk di depan meja Iqbal.

Iqbal terdiam sejenak seraya menoleh ke sekitarnya. Lalu kembali menatap lelaki di depannya itu. "Sendirian?"

Lelaki itu tergelak kecil. "Salam, Bal. Salam!" katanya.

Iqbal menepuk keningnya sekilas. "Oh, iya. Waalaikumussalam."

"Nah, gitu dong. Biar nampak tanda-tanda Islamnya."

Iqbal terkekeh. "Sendirian di sini?"

"Yoi."

Iqbal mengangguk mendengar jawaban dari lelaki itu.

"Lo? Ngapain di sini?" tanya lelaki itu balik kepada Iqbal.

"Nyantai aja. Bosen juga di rumah."

"Kenapa nggak main sama Ryal? Oh, iya. Gue lupa. Ryal kan terus sama Zill, ya? Sepupu, kan, mereka?"

Iqbal mengangguk benar. "Lo? Ngapain di sini? Yang lain, mana?"

"Asrama."

"Terus, ngapain di sini?"

"Bosan. Mana tahu, kan? Ada kabar tentang beliau gitu."

Iqbal sentak terdiam dengan begitu gugup saat ini. "O-oh, masih...., cari dia?"

Hening... Lelaki itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya menjawab dengan anggukan. "Iya. Selama satu tahun ini, kami masih mencari dia."

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang