38. IAH - Kerja Sama

96.1K 11.5K 2.4K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]


•••

Pukul 20.00 Malam.

Imama dan Iqbal kini telah kembali pulang ke rumah setelah mengalami berbagai hal yang terjadi di Restoran tadi. Mereka pulang bersama dan masuk ke dalam rumah dengan keadaan saling tak menatap satu sama lain. Aneh. Entah apa yang habis mereka bicarakan selama perjalanan pulang.

"Terserah." Iqbal membuka pintu kamarnya lalu menutupnya dengan kasar. Membuat Imama yang masih berdiri di samping kamarnya pun langsung terkejut akan perilaku lelaki itu.

Helaan napas keluar pun keluar dari Imama sebelum akhirnya ia menatap ke arah pintu kamar sebelahnya. Berpikir, apakah istrinya itu sudah tertidur? Dan benar saja, saat ia mulai masuk ke dalam kamar, dilihatnya, Alisha sudah tertidur dengan selimut yang sudah menutupi seluruh tubuhnya. Hanya menyisahkan rambut yang berhasil menutupi wajah perempuannya itu. Imama tersenyum tipis kemudian ia memutuskan untuk ke kamar mandi. Mengambil wudu sejenak lalu bergegas berbaring ke kasur. Ia merebahkan dirinya untuk menghadap ke Alisha.

Imama menarik perempuan itu untuk lebih dekat lagi dengannya. Merapikan rambut yang berhasil menutupi wajah cantik perempuannya. Setelah selesai, ia langsung memeluk perempuan itu dengan erat di balik selimut.

"Saya untuk kamu," lirih Imama di telinga perempuan itu. Ia menarik perempuannya lebih dalam di dalam pelukan. Sesekali mengecup kening perempuannya lalu ikut memejamkan mata.

"Jangan pergi...." entah Alisha sedang sadar atau tidak. Lirihan itu keluar dari Alisha dengan posisi masih memejamkan mata. Hal itu pun membuat Imama kembali membuka pejaman matanya.

Ia menarik sudut bibirnya, lalu menggeleng pelan dan kembali mengecup lama kening perempuan itu. "Saya di sini. Saya nggak pergi..."

"Takut..."

Imama menatap mata Alisha dengan lekat selekat-lekatnya. Dilihatnya bahwa Alisha masih tenang dengan pejaman mata. Apa istrinya itu sedang mengigau?

Imama menarik sudut bibirnya, lalu pelan-pelan mengangkat tangannya untuk bergerak mengelus pipi perempuan itu. "Jangan takut, Na... ini saya, saya ada di sini sama kamu. Saya lagi peluk kamu, saya ada di samping kamu. Kamu dengar bisikan saya? Selamanya sampai maut memisahkan, saya akan menemani kamu. Hanya berdua. Tanpa adanya perempuan lain di sini. Percaya, yaa..."

Lembut sekali bisikan itu Imama tuturkan kepada istrinya. Di mana ia lihat, mata cantik milik istrinya itu berhasil mengeluarkan air mata dalam posisi masih terpejam. Nyaris hal itu pun langsung membuat Imama ikut menitiskan air matanya.

Dengan tangan yang bergetar, ia ambil jari jempol miliknya untuk mengusap pelan pipi perempuan itu dan dihapusnya air mata yang mengalir di sana. "Jangan nangis, sayang. What do you think about me? don't cry, okay? I'm only for you, I love you because of Allah... you hear? Because of Allah."

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang