بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Jangan lupa, sholawat dulu.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahumma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]
•••
•
•
•
Selepas melaksanakan Tahajud, Imama dan Alisha pun keluar dari kamar. Imama membuka pintu rumah dan Alisha menuju ke arah dapur, terlihat di dapur sana sudah ada Izara yang berdiri diam tanpa melakukan apapun. Alisha pun dengan cepat menghampirinya.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumussalam.."
Izara sedikit membalikkan tubuhnya ke belakang saat Alisha berjalan berdiri di sampingnya. "Kita masuk masak apa, Ra?"
Izara tersenyum. "Untuk sahur, ya, Mbak? Ara tau, kok. Mbak Kinan sama Ima pasti mau puasa Ayyamul bidh, kan? Ayah sama Ara juga kok."
"Oh, syukur deh kalau gitu. Terus, kita mau masak apa nih, buat sahur?"
Izara geming sebentar. "Em... Ara nggak tau, Mbak. Bahan masakan habis. T-tapi biasanya kalau lagi habis gini, Ara itu bikin nasi goreng, cuma pakai kecap aja gitu.. M-mbak mau, nggak? Kalau Ima sih, pasti dia mau.. Tapi, Mbak...."
"Mau dong!" seru Alisha tiba-tiba.
Tentu saja jawaban itu membuat Izara yang tadinya sangat tegang langsung lepas terkekeh begitu saja. "B-beneran? Maaf, ya. Secara 'kan, katanya Mbak dari keluarga teratas, jadi mungkin nggak, kalau Mbak suka makanan yang sederhana gini.." jelas Izara dengan terbata-bata diikuti oleh kekehan kecil.
Alisha pun tersenyum mendengarnya. "Iya, Ra. Alish paham kok, maksud dari Ara. Malah, Alish itu suka banget loh sama makanan sederhana. Jadi makanan yang favorit."
Izara bersyukur lega. "Oh, gitu.. Bagus deh, Ara senang banget dengarnya. Emang paling benar sih, kalau Ima nggak salah pilih Mbak jadi istri," jujur begitu kagum sekali Izara mengatakannya.
Alisha ikut terkekeh kecil. "Araa bisa aja. Ya udah, yuk. Nanti waktu sahur keburu habis, loh...."
Menolak lupa Izara pun menepuk kening miliknya sendiri. "Aduh, iya. Gara-gara Mbak sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMA AL-HAFIDZH
Novela Juvenil[SUDAH TERBIT] Novel tersedia di Gramedia dan TBO Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tangannya di api lilin, karena seorang gadis SMA? Imama Al-Hafidzh, dialah yang melakukannya. "Demi Allah, pikiran...