56. IAH - Menyelesaikan Masalah dengan tenang

83.1K 9.9K 1.3K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

5000 kata, hehe. Banyakk, kan?


•••

Alisha dan Iqbal pulang ke rumah tepat pukul 2 malam. Iqbal menuruti kemauan Alisha untuk tidak menjemput Imama. Dan pastinya Imama kini akan pulang menggunakan pesanan taksi dari Iqbal. Setelah Iqbal masuk ke dalam kamar dan Alisha pun juga begitu, Alisha berniat ingin mengunci pintu kamarnya, tapi tiba-tiba ia urungkan kembali niatnya itu.

"Selesaikan masalahnya itu pelan-pelan."

Alisha tak jadi mengunci pintunya dan berlalu pergi menuju kasur kemudian merebahkan dirinya di sana. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut lantas mulai tertidur lelap. Setelah dua puluh menit kemudian Alisha tertidur, kini giliran Imama yang sudah pulang ke rumah menggunakan taksi. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan membuka pintu kamarnya dengan mengucapkan lirihan salam.

Imama mengalihkan pandangannya fokus pada perempuan yang sudah tertidur di balik selimut. Senyuman terukir dari bibir Imama yang tak lama ia mulai berjalan menuju kamar mandi untuk mandi membersihkan diri. Setelah itu ia berwudu, kemudian keluar dari kamar mandi untuk menggelar sajadah di samping kasur. Ia ingin melaksanakan salat Tahajud 4 rakaat. Mengingat bahwa dirinya juga sudah tertidur sebentar waktu malam tadi di hotel.

Baru mulai bertakbir, sebulir air mata kini langsung jatuh mengalir membasahi pipi lelaki itu. Tangannya bergetar saat mengucapkan kalimat takbir hingga dalam setiap sujud pun, ia panjatkan segala butir-butir doa tentang dosanya pada hari ini, yang lalu dan yang akan datang nanti. Meminta keselamatan perlindungan dan ampunan kepada Allah atas perkara dunia dan akhiratnya. Hingga tibanya kemudian di sujud terakhir, Imama melampiaskan segala tangisannya di sana. Butiran doa demi doa dan permintaan ampunan, Imama langitkan pada malam ini. Ia begitu tampak amat menyesal karena hampir kalah akan ujian yang menimpanya pada hari ini dalam rumah tangganya.

Selesai salam, Imama habiskan waktunya hampir satu jam untuk berdzikir dan beristighfar, lantas tak lama kemudian kedua tangannya terangkat untuk kembali berdoa. Setelah selesai membaca doa setelah tahajud dan sebagainya, ia kini mulai berdoa meminta untuk segala perkara tentang akhirat lalu kedua tentang perkara dunia dan ketiga tentang dua perkara itu. Imama tak pernah absen dalam mencantumkan shalawat kepada Rasulullah beserta kerabat dan para sahabatnya. Juga tak pernah absen mendoakan kedua orangtuanya, saudaranya yang muslimin dan muslimah, yang masih hidup di dunia ataupun yang sudah tiada. Orang-orang yang mencintai dan membencinya dan orang-orang yang berada di jalan Allah juga sebaliknya, dari mulai keluarganya, hingga ke rumah tangganya, sampai ke seluruh kerabat-kerabatnya, muridnya, dan orang yang tak ia kenali sekalipun, untuk selalu berada dalam lindungan Allah dan meminta permintaan ampunan juga ketetapan hidayah-Nya.

Terakhir, doa yang tak pernah ia lewati, yaitu tentang kejadian yang menimpanya pada hari ini. Permintaan ampunan tak henti Imama lakukan, sehingga membuatnya tak lagi tertidur sampai waktu subuh ingin segera tiba. Dipikir lagi, jika Alisha mendengar doa Imama pun dia tak akan mengerti, karena Imama berdoa dengan kebanyakan menggunakan bahasa Arab daripada berbahasa Indonesia. Agar lebih khusyuk, katanya.

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang