52. IAH - Ziarah ke Makam Bunda

86.1K 9.9K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

•••

Setelah beberapa jam kemudian kedua lelaki itu menghabiskan waktunya di masjid, kini pun mereka kembali pulang ke Ndalem tepat pukul tiga sore. Irama memanggil kedua adiknya, Ikara dan Izara. Sedangkan Imama, ia kini memanggil istrinya yang masih berada di rumah untuk diajaknya berkumpul di Ndalem. Alisha yang masih tak mengerti kenapa suaminya itu memintanya untuk berdandan sederhana, ia pun menurut lantas mengikuti Imama dari belakang menuju depan Ndalem. Jika ditanya apakah kedua sahabat Alisha sudah kembali pulang? Jawabannya sudah. Mereka sudah kembali pulang sebelum waktu zuhur tiba.

Irama kini menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri ruangan tamu. "Ayah... mana? Kok nggak ada di dalem?" semenjak selesai salat zuhur tadi, Irama tak lagi berjumpa dengan ayahnya hingga sampai detik ini.

Pertanyaan itu pun dijawab oleh Imama, "Mungkin Ayah lagi ada di asrama. Kenapa? Ingin mengajak Ayah juga?"

"Iya.... kalau Ayah mau," jawab Irama.

"Ngajak Ayah? Emang kita mau ke mana?" kini Izara yang bertanya. Ia masih tak mengerti kenapa semuanya ingin dikumpulkan di sini. Dirinya baru saja selesai masak untuk berbuka nanti malam.

"Ke makam Bunda."

•••


Makam Bunda. Itulah jawaban terakhir yang Irama lontarkan pada Izara. Setelah mendapat jawaban itu, sontak semuanya langsung terdiam yang membuat Imama langsung segera mengajak mereka. Mereka pergi ke makam itu dengan memesan taksi, Ikara yang memberikan ide itu. Semuanya pun menurut dan bergegas pergi menuju ke pemakaman.

Setelah sampai di sana, mereka pun langsung masuk ke pemakaman itu dengan mengucapkan salam yang juga selalu dipimpin doa oleh Imama. Beberapa menit kemudian, Imama berhenti di suatu makam, yang membuat mereka semua di belakang Imama pun juga menghentikan langkah di tempat itu.

Irama berjongkok di salah satu makam. Yang di mana ia telah melihat nama pemilik nisan makam itu. 'Asiyah Queen Az-zahra.' Nama yang ia baca hingga membuat pelupuk mata lelaki itu berlinang airmata.

"Bunda...."

Mendengar lirihan dari Irama, sontak mereka yang masih berdiri pun ikut merasa sesak di dada. Imama mengikuti lelaki itu berjongkok, lalu menepuk pundaknya pelan. Mengisyaratkan lelaki itu untuk lebih baiknya mengirimkan doa dan surah-surah pendek. Irama pun menurut, ia mengadakan tangannya yang membuat ketiga perempuan itu ikut berjongkok dan ikut membaca doa. Setelah Irama selesai, lantas Irama kembali menyentuh nisan itu lagi.

"Bunda..., Ama dateng. Maaf ya, Bunda... Ama jahat sama Ayah. Ama sering ninggalin Ayah. Ama sering bentak Ayah. Tapi Ayah selalu maafin Ama, Bunda..."

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang