28. IAH - Tentang Irama, Saudaranya.

146K 15K 5.7K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jangan lupa, sholawat dulu.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]


•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pukul 03.00 pagi.

Imam. Lelaki itu kini mulai menggerakkan tangannya untuk meraba kasur di sampingnya. Dengan mata yang masih terpejam itu, ia mengernyit saat merasa ada yang janggal di sana.

Merasa ada yang janggal, segera saja lelaki itu langsung membuka pejaman matanya. Mulai berusaha mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul. Ia terduduk dengan mengada tangan untuk membaca doa bangun tidur dan doa lainnya. Selesai itu, ia menoleh ke samping dan memandang ke seluruh kamarnya. Terkejut, saat dirinya tak menemukan sang istrinya itu.

"Istriku?" Imam bergumam dengan kedua mata yang masih menyipit akibat tak sempurna bangun tidur.

"Di mana istriku?"

"Mengapa dia meninggalkanku?" Imam mengeluarkan suara beratnya. Dan mulai menutup mulutnya yang mulai sedikit menguap itu.

Lelaki itu pun segera turun dari ranjang dan menyorotkan matanya ke sekitar, mencari di mana keberadaan istrinya itu?

"Ayang??" panggil Imam dengan lembut serta penuh ketenangan.

Tidak ada yang menyahutnya.

"Dia tidak mencari ayang lain karena saya tidak memberinya nafkah batin kan?" Imam terus bergumam mencoba untuk berpikir lebih positif.

Dengan berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya. Segera saja ia mulai melangkah menuju ke kamar mandi.

Imam mendekat ke kaca yang terpasang di dinding kamar mandi.

"Tidak mungkin dia mencari yang lain, dan meninggalkan suaminya yang sangat tampan seperti ini," Imam mulai mengaca di kaca kamar mandinya.

"MasyaAllah, betapa tak bosannya hamba memuji-Mu, ketika masih melihat wajah tampan di dalam kaca itu,"

"Ya, siapa lagi jika bukan saya?" dengan kepedean sang Imama Al-Hafidzh. Ia mulai menyibak rambutnya sebelum ia tersadar akan sesuatu.

"Tunggu, memuji?" ia sedikit mengelag bingung sebelum kedua matanya kini langsung membulat sempurna ketika ia mulai tersadar spontan membuatnya langsung menampar keningnya sendiri.

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang