بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]
•••
•
•
•
Alisha. Gadis itu kini telah meneguk salivanya susah payah, ia mulai melangkahkan kaki kanannya ke suatu jalan sempit di pertengahan hutan itu. Terus berharap, dan meminta kepada Tuhan-nya, bahwa langkah yang ia pilih ini, adalah tempat kembalinya ia ke perkemahannya.
"Bismillahirrahmanirrahim...." satu langkah kaki kanannya berhasil menginjak di tempat itu. Kini detak jantungnya mulai tak beraturan. Namun ia berusaha menenangkannya dengan menggerakkan jari-jemarinya untuk berdzikir agar hatinya terasa tenang. Batinnya terus berseru meminta kepada Allah untuk selalu melindunginya.
Allah bersamanya. Allah bersamanya. Allah akan menolongnya, dan Allah akan selalu menjaga hamba-Nya. Itulah lirihan Alisha saat ini. Ia sangat yakin bahwa Allah tak akan membiarkan hamba-Nya sendiri. Allah tidak akan meninggalkannya, meski semua manusia telah pergi meninggalkannya. Ia mempunyai Allah, yang selalu mengatur indah jalan takdir untuknya.
Ketika ia telah merasa perjalanannya sudah jauh namun sama sekali belum menemukan jalan ke arah perkemahannya, tiba-tiba perutnya terasa sakit dan berbunyi. Ia memegang perutnya yang mulai perih itu. Mengingat kapan terakhir ia makan? Bukankah tadi pagi juga dirinya hanya meminum susu saja?
"Sabar. Nanti kita makan, ya?" gadis itu berbicara pada perutnya sendiri. "Kamu itu harus tahan seperti ini, Cacing. Kamu harus ngerasain, gimana rasanya kehidupan seseorang yang di bawah kita. Gak makan beberapa hari.. Jadi kita itu harus belajar seperti ini, agar mengingat orang yang telah di bawah kita. Dan berharap, ada seseorang yang bisa membantu kita makan, dengan dirinya membantu kita yang telah di bawah saat ini," Alisha menjelaskan panjang lebar kepada perutnya sendiri.
"Dibawa ke pelaminan, juga gak papa," lanjut gadis itu lagi, asal ceplas-ceplos lalu kembali melanjutkan perjalanan.
Suara gemuruh petir pun mulai terdengar di telinga gadis itu. Sontak ia mendongakkan kepalanya untuk menatap langit. Benar saja, langit sudah mulai gelap, tapi langit itu bukan tampak menunjukan cuaca akan malam, tapi karena mendung ingin menandakan akan turun hujan. Alisha pun mengadakan tangan kanannya untuk merasakan apakah sudah ada tetesan gerimis yang turun? Baru sedetik mengada, tiba-tiba benar saja, rintik gerimis sudah turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMA AL-HAFIDZH
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Novel tersedia di Gramedia dan TBO Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tangannya di api lilin, karena seorang gadis SMA? Imama Al-Hafidzh, dialah yang melakukannya. "Demi Allah, pikiran...