بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]•••
MUHAMMAD IMAMA HAFIZH AL-AYYUBI
MR. IMAMA HAFIZH AL-AYYUBI
IMAMA HAFIZH AL-AYYUBI
IMAMA AL-HAFIDZH
RADEN IMAMA
IMAMA
IMAM
IMA
(Kalau pakai Gus khusus untuk Raden, jadi dikenalnya Gus Raden bukan Gus Imam)¶¶¶¶
"Jangan tinggalin Nana, ya?"
Deg
Imama terdiam sebentar, hening pun menyelimuti keduanya. Lepas Alisha mengatakan itu, Imama langsung menarik bibirnya tersenyum dan mulai meraih tangan perempuannya untuk ia genggam dengan erat. Matanya langsung tersorot untuk menatap Alisha yang juga lebih dulu menatapnya. "Kok jadi ngomong gitu? Saya di sini kok. Sama kamu."
Tatapan Imama yang tanpa kedip itu membuat jantung Alisha semakin berdegup kencang. Ia menggelengkan kepalanya sebagai tanda tak percaya. "Bukan gitu ih, jawabannya." Alisha sangat yakin, bahwa Imama pasti mengerti apa yang baru saja ia sampaikan. Namun jawaban dari lelaki itu seolah menghindarinya dan digantikan oleh jawaban lain.
"Na...."
"Afizh.... Nana ulangi, ya?" Alisha menatap lekat mata milik Imama. Berusaha memastikan agar lelaki itu benar-benar mendengarkan seluruh ucapannya dengan baik. "Jangan tinggalin Nana, ya?"
Imama menelan salivanya susah payah, di mana ia yang sedari tadi terus menatap lekat mata Alisha langsung terkejut, saat melihat seperti ada air mata yang menggumpal di pelupuk mata Alisha. Imama pun berusaha untuk tetap tenang dan mengeratkan genggaman tangannya dengan Alisha. "Kamu juga dengarkan saya, ya? Semua.... dengarkan baik-baik.. semua manusia yang ada di bumi ini pasti akan mengalami yang namanya kematian. Semua akan pergi, Na... Saya, kamu, kita... itu akan kembali kepada Allah."
Tak bisa menahannya lagi, tiba-tiba air mata Alisha langsung jatuh begitu saja menetes membasahi pipi mulusnya. Sangat sakit saat mendengar pernyataan itu dari Imama. Apalagi yang Imama bahas adalah soal kematian. Rasanya, ia benar-benar belum siap untuk lebih dekat dengan itu. Apalagi harus dipisahkan oleh orang-orang yang ia sayangi nantinya.
Ketika Imama hanya mendapat Alisha hanya diam dengan rinai air mata yang sudah terjun di pipi perempuan itu, segera ia langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain. "Sudah, jangan bahas ini. Ayo salat."
Ingin Imama menegakkan tubuhnya kembali, namun digagalkan saat Alisha mengeluarkan suatu kalimat, "Siapa dulu yang pergi?"
Tertahan langkah Imama yang ingin pergi ke arah kamar mandi. Ia menoleh ke arah Alisha sekilas.
"Kamu atau aku?"
Deg
"Atau sama-sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMA AL-HAFIDZH
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT] Novel tersedia di Gramedia dan TBO Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tangannya di api lilin, karena seorang gadis SMA? Imama Al-Hafidzh, dialah yang melakukannya. "Demi Allah, pikiran...