[SUDAH TERBIT]
Novel tersedia di Gramedia dan TBO
Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tangannya di api lilin, karena seorang gadis SMA? Imama Al-Hafidzh, dialah yang melakukannya.
"Demi Allah, pikiran...
Rasulullah ﷺ bersabda, "Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita." -(HR. Muslim)
اَللّٰهُمَّصَلِّعَلَىٰسَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰآلِسَيِّدِنَامُحَمَّدٍ۞ [Allahumasholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
•
•
•
Pukul 17. 00 sore.
Imama, lelaki itu kini sedikit membalikkan tubuhnya ke belakang. Ia menatap Alisha yang telah menundukkan kepalanya di pinggir sana. Munculah kekehan kecil dari lelaki itu sebelum ia mulai melangkah mendekati perempuan yang sangat menghindari kerumunan tadi.
"Na...." langkah kakinya mendekat, sehingga membuat Alisha pun sedikit mendongak. Imama tersenyum ke arahnya di mana jari-jemari lelaki itu kini telah menggenggam lembut tangan Alisha.
Dibawa sang perempuan itu untuk mendekat ke Hafizma. Mereka yang melihat itu, spontan membubarkan tatapannya. Ada yang menunduk, ada yang menatap fokus ke Imam, dan ada juga yang menjaga pandangan dengan menolehkan wajahnya ke arah lain.
Imama mulai mengeluarkan dehaman pelan agar mereka tahu kalau ia ingin berbicara menyampaikan sesuatu.
"Perkenalkan, Hafizma. Tidak perlu saya sebut namanya, dan tidak perlu saya umbar wajahnya. Karena yang saya ingin, kalian mengetahui dirinya, bahwa sosok perempuan yang berada di samping saya ini, adalah ISTRI SAYA. Perempuan yang sangat saya cintai karena Allah. Perempuan yang sangat saya cintai setelah Bunda. Perempuan yang sangat saya jaga selain Ibadah, iman, ketaatan, pandangan, ilmu, dan sebagainya. Perempuan yang sangat saya cintai, tanpa melebihi cinta saya kepada Allah dan Rasul-Nya."
"Allahummasholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.." Hafizma bersalawat sejenak ketika Imama mulai menjeda sejenak ucapannya.
"Dari banyaknya perempuan yang saya kenal. Dari banyaknya perempuan yang tak sengaja saya memandangnya. Dari banyaknya perempuan yang telah mencintai saya. Dan dari banyaknya perempuan yang sangat saya muliakan. Tapi hanya perempuan di samping saya ini, yang akan menjadi pendamping dan pelengkap hidup saya, dan penyempurna segala ibadah saya."
