Di balik kacamata hitam seorang lelaki tersembunyi kesedihan yang mendalam. Tangan kekar itu mengusap batu nisan seseorang yang sangat ia cintai. Aroma tanah basah dan bunga mawar kini sudah tidak asing lagi di indra penciuman. Hanya bisa menatap sedih, dan bertanya pada Tuhan kenapa dia harus menjalani hidup yang menyakitkan seperti ini? Satu demi satu orang meninggalkan makam dan meninggalkannya sendirian.
"Sabrina, kamu bohong." Satu kata darinya. Sejak saat itu bibirnya kaku untuk mengucapkan kalimat.
"Mana janjimu? Kamu janji, kita akan bersama selamanya? Itu semua hanya janji kepastian."
Dadanya sesak saat melihat nama di batu nisan 'Sabrina', nama perempuan yang telah menjadi kekasihnya selama 3 tahun. Perempuan yang selalu menjadi rumah kedua. Bagaimana tidak sakit? Kebahagiaan bagi seorang lelaki itu hanyalah Sabrina. Tidak tahu bagaimana hidup ini tanpanya.
Mencium batu nisan dan berpamitan pada perempuan tercinta.
"Hati-hati di sana Sa, aku pergi." lelaki itu meninggalkan gundukan tanah sampai hilang dari pandangan.
Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ingin mencaci dirinya sendiri karena tidak becus menjaga kekasihnya.
Kerapuhan.
Kehancuran.
Dua kata yang bisa menggambarkan dirinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA
Teen FictionHidupnya kini telah berubah 180° setelah kepergian sang kekasih. Keluarga yang tidak harmonis semakin membuatnya jengah. Hubungan baik antara dirinya dan saudara kembarnya berubah setelah mengenal seorang perempuan yang sedikit berhasil mengubah hid...