12. Dua belas

313 45 12
                                    

Kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Berjalan dengan siulan pelan. Kembali bersama teman-temannya.

"Kesambet apa?" tanya Satria yang menyadari perubahan gelagatnya.

"Iya tuh, seneng banget kayaknya."

"Kepo, berapa totalnya." jawabnya santai.

Andre menyodorkan nota pesanan mereka. "Nih bos." diakhiri dengan cengiran.

Cakra menerimanya. Pesanan mereka cukup banyak. Merogoh uang didalam sakunya. Membayar totalnya.

Najwa beranjak, ingin membayar pesanannya. Namun, langkahnya terhenti karena tarikan tangan Andre. "Kenapa kak?"

"Udah dibayarin sama Cakra." jawabnya, menunjuk Cakra dengan dagunya.

Memiringkan kepala, menyipitkan matanya tanda tidak paham.

"Udah gue bayarin, temen lo duluan ke kelas katanya." jelas Cakra lebih dulu.

"Tuh anak! Kok main ninggal si." gerutunya, memukul-mukul pahanya sendiri.

Menutup mulutnya. Menyadari hal konyol ini. "Eh, btw makasih ya kak traktirannya." ucapnya malu.

"Sama-sama."

"Gue duluan ya. Masih ada tugas." pamitnya.

"Eh, eh tunggu. Gue juga mau balik kelas." timpal Nadin.

KRINGG!!

Belum sempat mereka berdua meninggalkan meja itu. Bel istirahat terlebih dahulu berbunyi. Kembali ke kelas masing-masing.

Melanjutkan jam pembelajaran yang membosankan seperti biasa. Jam kali ini digunakan kelas Cakra untuk mengujikan soal-soal Kimia. Tentu saja ulangan mendadak.

Kepalanya ingin meledak. Ia rasa sudah ada asap yang keluar dari ubun-ubunnya. Wajahnya memerah. Mengeluarkan keringat.

"Wajah lo kusem amat." Andre berbisik.

"Sialan, gue gatau sama sekali rumusnya."

"Ck! Goblok sih."

"Emang lo bisa?" tanyanya ragu.

Andre menyengir. Menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. "Enggak, kan kita sama-sama bego."

Menyentil dahi Andre. Melempar pelototan menyeramkan. "Lo aja yang bego, gue enggak."

Apa Andre akan diam saja mendapat perlakuan Cakra? Pasti tidak. Andre membalas menyentil dahinya. Menimbulkan suara gaduh.

"Paling pojok kanan! Siapa itu?!" teriak seorang guru yang tengah sibuk dengan laptopnya kini beralih menyorot kepada mereka.

"Cakra Andre! Apa yang kalian lakukan?!" Sudah hafal dengan tampang mereka, nadanya masih meninggi memergoki mereka.

"Maaf Bu, ada nyamuk di jidat Cakra." elak Andre.

"Kalo ga di gaplok ntar kasian minum darahnya Cakra, nyamuknya jadi mabok." sambungnya.

Masih sempat-sempatnya ia melontarkan candaan disaat waktu seperti ini. Itu adalah ciri khas Andre.

"Andre! Saya kurangi nilai kalian 20 poin."

"Hah?!" seru Cakra dan Andre serempak.

"Mana bisa Bu, kalau saya dapet nilai 50 masa jadi 30?"

Teman sekelasnya yang tadinya fokus mengerjakan ulangan. Terganggu karena ulah mereka. Namun, teman-temannya juga pandai. Memanfaatkan waktu untuk melihat jawaban teman yang lain disaat Bu Kimia sedang fokus dengan Cakra dan Andre.

CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang