4 • A Dalam Segi Tiga

62 33 1
                                    

……………

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

……………..

“Dalam segitiga, meski sisi mereka ada tiga, A yang dibutuhkan hanya satu, kan?”
______________________________

Di salah satu sudut paling atas sekolah, ada satu ruang yang orang kira tidak terpakai. Ruang tertutup dengan pintu berkarat ini adalah tempat di mana ke empat pangerannya Bina Nagara, menghabiskan waktu.

Mereka semua sedang sibuk memperhatikan Agha, yang terlihat cemberut sedari tadi.

Di tanya kenapa, jawabnya tidak apa-apa, di tanya mau makan apa, jawabnya terserah. Bukankah cara merajuknya lebih parah daripada wanita? Jadi, sekarang mereka tengah menunggu Cakra yang sedang sibuk di lapangan. Biasa, bermain basket untuk menarik perhatian para jomblowati di sekolah ini.

Nah, setelah mereka menunggu, dan hampir mati karena penasaran, Cakra muncul dengan cara paling tampan. Dia masih mengenakan kaus tanpa lengan yang biasa digunakan saat berolahraga.

“Biasa, gara-gara cewek! Lo tau, kan, Agha itu paling benci waktu ada orang yang nggak menunjukkan sedikitpun perhatian ke dia? Betul! Ada satu cewek yang kaya gitu di kelas gue!”

Tanpa menunggu mereka bertanya, Cakra menjawab rasa penasaran yang bergentayangan di kedua otak temannya. Memang anak crush ini adalah kumpulan anak laki-laki paling peka. Terutama Agha.

“Ada, cewek kaya gitu?” tanya Jaka antusias.

“Menarik,” komentar Aidan membuat Agha menatapinya serius, seolah meminta lelaki itu berkomentar lebih banyak.

“Lo tau? Dia bahkan nolak ngasih nomornya ke gue!” ucap Agha disertai rasa kesal.

“Ga, cari yang lain, jangan Aira. Gue denger dari Nadin, cewek itu belum pernah pacaran. Kata Nadin, kemarin dia baru ditolak sama kakak kelas,” ucap Cakra memperingati, jangan sampai Agha melakukan kebiasaan brengseknya, pada gadis manis bernama Aira tadi.

“Oh, Ya? Kalau begitu, biar gue kasih pengalaman bagaimana rasanya dicampakkan dua kali.” Otak jahat Agha ketika harga dirinya diinjak akan begini, dia jahat sekali, kawan.

“Not bad, tapi lo nggak akan nyesel, Ga? Bukannya lo nggak peduli untuk hal-hal nggak berguna kaya begini?” komentar Aidan yang sibuk mengarsir pada lembar sketch booknya itu, membuat perut Agha tergelitik geli.

“Satu hal yang bikin gue nyesel cuma satu, nama belakang gue. Shankara, bagi gue itu udah kaya kutukan. Oh iya, Jak, lo bawa rubik yang gue minta?”

Lelaki yang dipanggil Jaka itu mengangguk pelan. Membuka laci dari kayu cokelat, dia mengambil rubik enam warna dari dalam sana.

After Summer Rain (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang