1 • Crush

129 34 12
                                    

🌺🌺🌺🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺🌺


“Baginya, mencintai dalam diam adalah bahagianya, adalah bagian daripada cara dia mencintai pujaannya.”
______________________________


Embun pagi hari ini, kalah sejuk dengan paras para lelaki yang baru saja turun dari kendaraan pribadi mereka. Pun, tidak ada yang lebih mendebarkan daripada masuk kesiangan di detik terakhir sebelum bel masuk berbunyi, selain melihat betapa manisnya senyum yang merekah di wajah ketiga kaum adam yang baru saja melepas helm yang mereka kenakan.

Satu di antara mereka, baru saja menutup pintu mobil yang baru dikendarainya. Dia sudah pasti tau, kalau ada pekik kagum, saat dia menyugar rambut hitam berponinya itu ke belakang.

Crush, keempat adam yang sedang berjalan dengan sok tampan tadi, bernama crush. Suasana suram, mendadak berwarna saat kedatangan empat kaum adam—crush sejuta wanita di Bina Nagara. Wajah tampan, berasal dari keluarga mapan, pun sudah pasti kalau setiap langkah yang mereka ambil selalu berhasil membawa pekikan nyaring, daripada gadis yang sepertinya baru sarapan permen ting ting.

Suara bising sudah biasa mengganggu pendengaran Aira, yang sedang sibuk menyusun warna rubik pagi ini.  Ada Agha, Aidan, Jaka, dan Cakra. Ke empat lelaki, dengan empat mahkota kepopuleran yang sudah jatuh tepat di atas kepala mereka.

"Ra, emang rubik lebih asik daripada liatin empat cogan yang baru datang?" tanya salah seorang gadis yang sibuk memperhatikan keempat lelaki dari balik jendela kelasnya.

"Jelas! Kalau Dipta yang lewat, baru gue heboh!" jawabnya tetap pada ketidak peduliannya.

"Sinting lo, Ra! Lo nggak tau geng crush?" tanya gadis itu dengan nada sedikit sengau. 

"Tau, dan apa lo nggak tau? Crush gue cuma Dipta seorang. Lagian, emang penting banget, ya, mereka? Palingan kumpulan anak bodoh yang sok cakep! Persis kaya di novel-novel yang sering gue baca."

"Lo kudet banget, astaga, Ra! Makanya, main itu di dunia nyata, jangan halu mulu sama cowok fiksi! Dan mulut lo itu, belum aja di sumpel pakai kanebo kering, ya!" seru Nadin, sibuk mengunyah sosisnya. Ia bahkan tidak peduli dengan bekas saus di sudut bibirnya, sekarang dia sudah siap menghujat Aira yang terlalu naif ini.

"Apa, sih?! Dipta tetap nomor satu buat gue! Lo tau alasan gue masuk teater, kan? Karena gue kepincut sama Kak Dipta!" seru gadis itu selalu saja membanggakan Diptanya. Menyebalkan. Padahal dilihat dari sisi mana pun, keempat orang yang termasuk dalam geng crush itu amat sangat menggoda, dibandingkan dengan Diptanya.

"Hey! Hey! Open your eyes! Dipta terus, lo. Otak lo pindah ke ginjal, ya? Lo serius nggak tau gengnya si Agha? Udah mau dua tahun kita di sini, Aira!" Namun, Aira tidak pernah peduli, dia tetap pada setia tidak bergunanya itu.

After Summer Rain (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang