🍄🍄🍄🍄
……………..
“Punya mulut gunanya memang untuk bicara, tapi bukan untuk membicarakan orang lain di belakang.“
______________________________
Semenjak kejadian hujan di siang hari saat matahari seharusnya berada di puncak paling tinggi, semuanya kembali pada tempatnya. Agha kembali menjadi asing, dan Aira mulai banyak dibicarakan. Sial.
Aira tidak pernah ingin menjadi seperti ini. Semua orang menatapnya, kemudian menertawakannya. Hahaha, Agha sialan!
Namun, dia juga mau mengakui sesuatu, hari-harinya kembali kosong tanpa Agha Shankara.
Hari senin, kotak susu rasa strawberry tidak ada di atas mejanya lagi. Tidak ada lagi teriakan si Agha yang minta ditemani ke kantin dari arah pintu kelasnya.
Hari selasa, tidak ada teriakan di lapang bola yang mengatakan kalau dia akan menunggu sampai Aira selesai kumpulan.
Hari Rabu, Cakra tidak lagi mengganggu--apalagi menunggu Aira untuk pergi ke lapangan, jadwal Aira menunggu Agha bermain basket di lapangan. Ya, itu sebuah paksaan yang sangat menggelikan.
Hari kamis, Aira pulang tepat waktu. Tidak perlu mengunjungi studio Jaka, sambill menumpang di motor Agha untuk sampai ke sana.
Hari jum'at, tidak ada lagi jadwal untuk belajar main rubik.
Hari sabtu, tidak ada lagi mengunjungi kafe menghabiskan malam sambil mendengarkan malam puisi yang seringkali Agha kunjungi.
Lalu sabtu menjadi kelabu, tidak ada acara main dadakan, atau klakson yang menandakan Agha ada di depan rumahnya, tentu saja bersama dengan ketiga temannya.
Hari-hari kembali menjadi seperti biasa. Aira kembali menjadi gadis yang sibuk mengatur kecepatan otaknya, agar tidak dicap lemot.
Namun, hari-harinya menjadi membosankan. Ada yang hilang. Hari-harinya menjadi kosong. Tanpa warna, tanpa cerita. Lalu, di saat gadis ini meratapi kesehariannya, kabar menggembirakan datang dari sudut kanan kelasnya.
Ah, ada satu hal yang tidak ikut hilang, bahkan setelah Agha memperlakukannya layaknya sampah yang layak dibuang. Aidan, anak lelaki itu terus berada di sampingnya. Meski banyak orang yang membicarakannya, merendahkannya, bahkan memandangnya remeh, meski begitu mereka tidak berani menyentuh Aira. Ya, meski Aira lepas dalam genggaman Agha Shankara, dia masih berada dalam pengawasan crush. Mengganggu Aira sama dengan mengganggu crush, itu adalah hak istimewa yang Aira dapat dar Agha.
"Agha pacarnya cantik banget, model humasnya anak Tunggal Ika!" Well, itu artinya dia adalah korban Agha yang selanjutnya.
"Mereka balikan lagi? Gue denger Agha jadi player gara-gara itu cewek?" Rumor tidak jelas pun semakin menjadi, namun Aira tetap menjadi buah bibir di antara banyaknya rumor yang ada
"Ih, mending balikan sama mantan yang di sana, daripada sama mantan yang di sini." Ugh, mereka mulai lagi menyindir Aira dengan membicarakannya di belakang.
Satu kabar yang tidak mengejutkan itu datang mengacak-ngacak perasaannya. Lelaki itu bahkan bisa bersenang-senang tanpanya, pasangan Aira mati-matian bertahan dengan perasaan kosong tadi. Kopi ini rasanya menjadi hambar. Niat hati, Aira ingin pergi membuang kopi yang masih tersisa setengah ini.
"Lo tau, nggak, sih? Kata temen sd gue yang satu sekolah sama si Agha, dia ditinggalin sama ceweknya yang dulu, bukan sama cewek yang sekarang. Katanya, waktu Agha masih kecil, dia sempat terlibat kecelakaan gitu, terus kakeknya meninggal di tempat kejadian," Ucap gadis lain membuat Aira yang hendak pergi, kini kembali pada tempatnya.
"Hah? Ngaco, lo!" sahut si anak gadis berponi pendek.
"Serius gue mah, Anjir! Kalau lo tau, di punggungnya Agha ada bekas luka gitu. Nah! Itu bekas luka udah jelas banget bekas dia dulu kecelakaan!" ucap si teman yang mengaku punya teman satu sd dengan si Agha, wajahnya cukup cantik, tapi harganya langsung jatuh begitu saja.
Percuma cantik, jika senang membicarakan orang lain di belakang.
"Terus, hubungan sama cewek itu, apa? Kok jadi ninggalin Agha? Nggak jelas lo pada!" seru satu suara dari si gadis berkacamata itu, mewakili suara hati Aira yang juga penasaran.
"Yang nabrak mobil Agha, sampai kakeknya meninggal itu rekan bisnisnya keluarga Shankara. Jadi katanya, rekan bisnisnya itu bapaknya si cewek yang Agha suka! Dengan kata lain, Bapaknya si cewek yang udah bikin Kakek Agha meninggal!" tegas satu suara dari si gadis yang punya cerita tentang Agha dan Andara.
"Wah! Goosebumps!”
Prang
Aira terperanjat kaget begitu mendengar bunyi bising di belakang sana. Well, bukan hanya dia yang mendengar gosip murahan tadi. Tapi, seluruh warga Bina Nagara yang sedang mengantri makanan di pantry kantin sekolah juga ikut mendengarkan.
"Seru, ya, ceritain gue di belakang! Seru!" teriak Agha menghampiri keempat gadis yang sedari tadi menggosip tentangnya.
Demi Tuhan! Aira tidak mengira ada Agha di sini.
"Punya mulut, gunanya memang untuk bicara! Tapi bukan untuk membicarakan orang lain di belakang, kan? Ngaku! Dari siapa kalian tau, hah? Dari siapa kalian denger cerita menjijikan itu!?" tuduhnya, dingin.
Kemudian, sorot mata sedingin butiran air hujan itu menghujamnya. Dadanya sakit, namun secara bersamaan dia juga takut. Aira tidak mengenal Agha yang sekarang. Dia merinding. Kemudian, langkahnya yang sudah pasti hendak pergi, Agha patahkan dengan kalimat menyakitkan.
"Lo! Jangan pergi gitu aja!" lirih Agha berhasil mencekal Aira dalam genggaman tangannya, kemudian Agha memangkas jarak yang ada.
Semakin dekat sampai Aira tidak bisa berkutik. Agha yang sekarang, bukan hanya menjengkelkan, tapi sedikit mengerikan karena suka marah-marah. Dia sudah seperti remaja labil yang tidak ingat usia.
"Kenapa? Gue, gue udah selesai makan," ucap Aira berusaha menggubris tangan Agha yang mencekalnya erat.
Namun, percuma. Tidak ada gunanya.
"Bilang sama gue, dari siapa lo tau cerita gue? Hah?"
"Ga …."
"Jawab gue, Raina Aira Narissara!" bentak Agha membuat Aira nyaris menangis.
"Gu-gue, nggak tahu, Agha. lo …."
"Di Bina Nagara, nggak ada yang nggak tau masa lalu, lo Agha! Rahasia yang lo anggap cuma lo yang tau, nyatanya sudah menjadi konsumsi Bina Nagara!" Lalu, Aidan datang menengahi.
Dia sedang mencoba menjauhkan Aira dalam cekalan Agha yang butuh reda amarahnya.
Namun, tidak ada satu orang pun yang tau, kenapa Agha merasa panas dengan kehadiran Aidan belakangan ini. kenapa intensitas pertemuan antara teman masa kecil dengan gadis yang selalu menjadi bunga tidurnya ini tampak semakin intens. Bukan cemburu! Agha hanya tidak menyukainya saja.
"Lo, minggir! urusan gue bukan sama lo!" tegas Agha membuat satu senyum miring tercetak jelas di wajah tampan si Aidan.
"Urusan gue! Lo harus tau, Ga, Aira bukan mainan! Stop bikin dia kesusahan. Bisa?!" teriak Aidan berhasil menarik Aira berada di sampingnya.
"Lo, kalau nggak bahagiain orang yang suka sama lo, kalau lo nggak bisa hargain perasaan orang lain, diem! Jangan bertindak menjijikan dengan cara minta perhatian murahan kaya gini! Paham?"
Bugh.
Satu pukulan mendarat tepat di sudut bibir kecil milik Aidan. Ya, anak lelaki itu mencecap amis dari sudut bibirnya yang berdarah.
Meski Aidan jatuh tersungkur, Aira yang berada di sampingnya resmi menjadi batu.
"Kalau lo nggak tau apa-apa dan bisanya cuma hakimi gue doang, mending lo juga diem!" seru Agha, napasnya keluar berantakan.
Kemudian, sorot matanya jatuh terpaku menatapi si gadis yang tampak kebingungan.
"Benalu!" seru Agha kemudian berjalan meninggalkan mereka, tidak lupa dia juga menendang bangku yang tadi di duduki Aira.
Tak lama setelah huru hara itu berlangsung, Cakra, dan Jaka datang dengan wajah kebingungan.
Pasalnya, sedari tadi Agha terus melarikan diri dari mereka. Berdalih ingin sendiri, pada akhirnya mereka tau kalau Agha sedari tadi mengikuti Aira yang terlihat semakin akrab dengan Aidan.
Well, si playboy paling tampan ini tau kalau Agha cemburu. Namun, si bodoh Agha itu terus menyangkal sesuatu yang sudah jelas.
"Gue bilang apa? Waktu Agha jaga jarak dari Aira, lo juga harus punya space yang jelas sama si Aira. Jangan lo pepet terus, gue gak mau crush rusak hanya karena seorang gadis!" ucap Cakra mengulurkan tangannya membantu Aidan berdiri.
Lain halnya dengan Aira, pekikan nyaring datang dari segala penjuru yang di dominasi oleh kaum hawa saat Jaka merangkul pundak Aira.
"Udah syoknya, lo bingung, kan? Ayo, ikut gue. Gue kasih tau tentang Agha," bisik Jaka membuat pekikan dari segala penjuru kian memekakkan telinga.
"Gue tim Aira Agha, Agha Andara sudah lama karam. Dan ya, gue pilih tim yang punya peluang besar buat bahagia," ucap Jaka sebelum akhirnya menarik Aira untuk ikut bersamanya.
"Lo ngerti yang gue omongin, kan?" Aira lekas menggeleng menjawab pertanyaan Jaka.
"Pantes Agha suka, si Aidan juga ikutan ngejar," lirih Cakra kemudian mengusak rambut Aira yang sudah berantakan.
Fiks!
Sebentar lagi, rumor baru tentang dirinya akan muncul.
"Jaka, urus Aidan sama Aira. Gue urus Agha dulu. Dia kalau ngambek, kayak cewek pms soalnya."
Belum sempat Aidan melangkah, tubuh jangkungnya terhuyung, begitu tubuh Agha menghadangnya.
"Gue, Pms?" sahut Agha dingin, kemudian tatapan yang sama dinginnya itu mulai menatapi Aira yang berdiri kebingungan di samping Aidan.
"Minggir, gue mau bicara sama Aira!" katanya, melangkah maju dengan percaya diri.
Ya, menghampiri Aira yang sekarang sudah berada di dalam genggaman tangannya.
"Kita harus bicara."🍄🍄🍄🍄
KAMU SEDANG MEMBACA
After Summer Rain (TERBIT)
Teen FictionDari banyaknya alasan jatuh cinta, Raina Aira Narissara justru memilih cara paling bodoh. Agha Shankara bukanlah pangeran berkuda putih yang siap siaga mempertaruhkan nyawa demi dirinya, justru lelaki itu berniat menghancurkan hatinya dengan membagi...