20 • Halo Andara

64 27 0
                                    

🍄🍄🍄🍄……………

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍄🍄🍄🍄
……………..
“Lo nggak harus jadi orang jahat, demi kebahagiaan seseorang.“
______________________________

Acara tahunan yang diadakan sekolah, tidak luput dari pagelaran pentas seni untuk acara kenaikan kelas, sekaligus kelulusan kelas dua belas. Ada waktu dua minggu lagi, seluruh murid yang ikut berpartisipasi, sibuk menyiapkan karya mereka nanti. salah satunya crush. Jangan salah, anak crush bukan kumpulan anak famous yang tampan saja. Sudah diceritakan dari awal bukan, kalau mereka juga bertalenta.

Aira yang sibuk dengan urusannya untuk pementasan teater, akhirnya ikut terseret. Setiap pulang dari rapat, Aira tidak langsung pulang. Agha cs mencegatnya tepat di belokan aula kelas.

"Capek, tau! Gue mau pulang!" rengek Aira tidak didengarkan sama sekali, Agha dengan posesif merangkul pundaknya.

"No! Nggak usah nolak! Lo di sana cuma tinggal duduk, terus lihat perform kita. Gue nggak nyuruh lo masak, nyuci piring, apalagi ngepel studio Jaka. Ngerti, sayang?" Aira lekas membekap mulut sompral Agha.

Shit!

"Berisik!" protes Aira. Asal tau saja, jantungnya selalu berdegup dengan gila, tiap kali Agha memanggilnya begitu.

Mau tidak mau, dengan bodohnya Aira menurut. Pemandangan ini sudah lumrah di mata anak Bina Nagara, Agha sendiri yang mendeklarasikan ya dulu agar tidak ada lagi yang mengganggu Aira.

"Lo sama Aidan, ya, gue bawa gitar soalnya," ucap Agha melepas rangkulannya.

Sedangkan gadis itu hanya mengangguk pelan, sambil berjalan dia menggamit sedikit seragam Agha dalam genggaman tangannya. Dan Jaka tertawa melihatnya. Aira tidak terlalu memperdulikannya, Jaka memang selalu bertindak bodoh, sayang sekali, bukan? Nilai ketampanannya menjadi sedikit berkurang.

"Hati-hati, kalau Aidan goda lo, tempeleng aja kepalanya," ucap Agha setiap kali dia meninggalkan kekasihnya dengan karib dekatnya itu.

"Kok, di tempeleng? Mending gue lapor, lo, kan?" Agha tertawa, meski menurut Aira itu tidak lucu sama sekali.

"Apa, sih? Gemes gue lama-lama, sama lo, udah sana naik saja," suruh Agha mengusak rambut kehitaman gadisnya yang kali ini dia biarkan tergerai.

"Kebiasan! Suka ngacak rambut gue! Udah sana lo juga berangkat, hati-hati." Aira memperingati, Agha mengacungkan jempolnya membiarkan gadisnya lebih dulu pergi dari sini.

Kemudian, setelah Aira pergi, Agha lekas merogoh saku celananya yang terus bergetar. Jaka menjadi si pemerhati di belakang sana. Beda dengan Cakra yang sepertinya sudah lelah menasehati.

After Summer Rain (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang