Dari banyaknya alasan jatuh cinta, Raina Aira Narissara justru memilih cara paling bodoh. Agha Shankara bukanlah pangeran berkuda putih yang siap siaga mempertaruhkan nyawa demi dirinya, justru lelaki itu berniat menghancurkan hatinya dengan membagi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍄🍄🍄🍄
.................
"Treat her like a queen, then leave her like a loser."
_____________________________
Mengaku kalah padahal sepertinya si Agha belum mengeluarkan jurus mautnya, merupakan salah satu kebodohan paling bodoh yang Aira lakukan. Namun, mau bagaimana pun diceritakan, Agha memang berhasil mengobrak abrik hatinya.
Sialan. Selalu kata-kata itu yang dia rapalkan.
Panel berita di komunitas Bina Nagara penuh dengan namanya. Dia takut, namun dia menyukai sensasinya. Meskipun dia sudah tau akhirnya akan begini.
Fans barbarnya si Agha mengejek Aira, menanyakan letak cantiknya seorang Aira Narissara itu di mana? Suara mereka sama, mereka menyuruh Aira sadar diri, katanya Aira terlalu tidak pantas untuk Agha.
Lalu, di sinilah Aira berada, taman belakang sekolah.
Dia ingin menyuarakan isi hati, yang sedari tadi tertahan di dalam hati. Kalau dia berteriak di sini, apa setan penunggu sekolah akan merasukinya?
"Sialan! Si Agha kampret!" Masih belum lega, Aira harus lebih banyak menyuarakan rasa kesalnya.
"Harusnya, tuh, ya, mereka hujat juga si Agha! Kenapa jadi laki-laki brengsek! Terus! Arghhhhh, taulah, gue nggak bisa berkata-kata," gerutu Aira mengindahkan hawa dingin yang tiba-tiba meruak hebat di sekitarnya.
Tuh, kan, jangan-jangan teriakannya berhasil mengundang setan penunggu sekolah?
"Berisik bocah!" protes satu suara berhasil membuat dada Aira berdesir hebat.
Dia bukan jatuh cinta. Tapi, kaget!
"Lo tau, nggak? Sebelum lo sering ke sini, tempat ini teduh banget. Nggak ada bising aneh, nggak ada yang ngedumel, nggak ada yang mencak-mencak gak jelas," kata Aidan, berjalan memutari bangku yang sedang Aira duduki.
Ya, lelaki itu berjalan dengan aura tampannya yang menggugah.
"Aidan! Astagfirullah, gue kira setan!" seru Aira, menyandarkan kepalanya pada kursi besi berkarat.
Dia tersenyum tipis sembari menatap Aira. "Ada, setan seganteng gue?"
Kalau pun ada, mungkin Aira rela bertemu setan setiap hari.
"Kenapa ngedumel terus? Kata Cakra, lo anak kalem? Oh, atau mungkin lo baru sadar kalau Agha brengsek, ya?" tanya Aidan tidak peduli saat Aira mencuri pandang pada sketch booknya.