3 • Kubus Rubik

81 34 0
                                    

🌺🌺🌺🌺…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺🌺

…………..

“Rubik baru yang dia kira akan menyembuhkan lukanya, bisa saja menjadi kisah baru di mana cinta yang baru mulai tumbuh.”
______________________________


Matahari sudah meninggi, jam pelajaran sudah berganti sejak dua jam yang lalu. Namun, Aira Narissara masih hanyut dalam mimpinya semalam. Wah, apa wajar kalau gadis seusianya memimpikan hal itu? Maksudnya begini, bagaimana mungkin dia bermimpi hal seperti tadi, sedangkan dia jomblo sejak lahir?

Kalau bukan gila, kondisi Aira yang seperti ini harus dinamai apa?

Aira bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan sosok lelaki berbadan kurus, berkulit putih, bertulang hidung tinggi itu. Lalu, apa masuk akal kalau dia memimpikan hal tidak senonoh seperti semalam? Apa karena kejadian kemarin, atau karena Aira patah hati?

Bagaimana mungkin, pelukan itu bahkan lebih hangat dan terasa nyata sampai sekarang? Rasanya sama nyata seperti kenyataan Aira sudah ditolak mentah-mentah!

Bagaimana mungkin dia berdebar hanya karena dijanjikan akan dinikahi besok? Apa masuk akal, kalau Aira baper karena hal sepele tadi?

Jangan gila, kawan! Kenapa juga sekarang Aira menatapi lelaki yang sedang sibuk bercanda di bangku paling belakang dari barisan lain. Menatapi lelaki yang tadi malam datang, dan mengajaknya menikah  dalam mimpinya!

Sial! Kalau Agha tidak tampan, hati Aira yang baru saja patah hati tidak akan mudah goyah begini.

Lelaki tampan memang ancaman yang membahayakan. Serius!

"Ra, lo kenapa? Sakit perut, ya? Pucet banget muka lo. Atau mungkin lo masih sakit hati?"  ucap Nadin enteng,  dia kira sembuh dari patah hati semudah masak bubur instan?

Aira menggeleng, menjawab pertanyaan dari Nadin. Ya, rutinitasnya setiap pagi adalah duduk dan mengobrol bersama Nadin, sebelum jam pelajaran dimulai. Tentu saja, apalagi yang Nadin tunggu kalau bukan Geng Crush, ah si Jaka lebih tepatnya.

Ah, apa Aira tanya saja pada gadis ini? Dia terlibat mahir masalah cinta. Wah, kalau diingat lagi, kemarin gadis ini juga yang membawa gosip tentang si Agha yang ternyata kaya raya.

Sial! Semuanya gara-gara Nadin, bahkan mimpi Aira jadi ikut kacau.

"Nadin, lo kalau jatuh cinta sama cowok alesannya apa?" Aira sedikit berhati-hati, dia sudah menyusun kalimat tanya terbaik yang ia punya untuk dijawab sebaik mungkin oleh Nadin.

"Karena ganteng, cowok ganteng mudah banget bikin gue jatuh cinta."
Jawaban klise itu tidak membantunya sama sekali.

Sebab, Aira juga punya jawaban yang sama atas pertanyaan tadi. Ia hanya ingin hal yang lain, hal yang lebih masuk akal untuk dia jadikan sebagai alasan baper, sampai jatuh cinta.

"Alasan terkonyol lo jatuh cinta sama laki-laki, atau baper sama laki-laki padahal lo nggak pernah tegur sapa sebelumnya?" konyol sekali, kan, pertanyaan gadis ini?

"Nggak pernah, kalau alasannya langsung jatuh cinta detik itu juga. Tapi, kalau mimpi disayang orang gue pernah Ra, bangun tidur berasa punya ayang. Namun, pada hakikatnya gue jomblo yang kebelet pacaran,” curhat Nadin, membuat gadis berpotongan tubuh ramping ini ingin mengejeknya.

Namun, Aira sadar diri, dia juga sama mengenaskannya dalam urusan cinta.

“Nah, kalau misalkan lo jatuh cinta sama cowok yang sayang banget sama lo di mimpi itu, lo bakal langsung jatuh cinta, nggak?” Tapi beruntungnya, Aira jadi punya pertanyaan yang menjurus ke ranah mimpinya semalam.l

“Nggak! Mukanya suka ngeblur! Tapi sayangnya nyata banget, bahkan lebih tulus! Terus, kenapa lo tanya? Bukannya hati lo masih berduka? Udah jatuh cinta lagi? Sama siapa?"
Tunggu, kenapa si Nadin ini balik menyerangnya?

“Ng-nggak! Ngaco lo, gue cuma tanya. Rencana buat jatuh cintanya, sih, ada. Cuma lakinya yang nggak ada.” Nadin terbahak mendengar penuturanku barusan.

Tentu saja, tidak mungkin Nadin tidak menangkap gelagat ku yang aneh ini.

“Mau nonton futsal, nggak?” ajak Nadin tiba-tiba.

“Futsal?” tanyaku menaikkan kepala yang sedari tadi terbaring di atas meja dengan lengan sebagai bantalnya. “ Apa lo gampang jatuh cinta sama anak Futsal?”

“Ehey. Mana ada! Lo tau, kan? Gue itu demen banget sama bola, apalagi kalau ada korban cedera! Kalau lo tanya, alasan paling konyol gue jatuh cinta—jawaban gue ini. Gue bisa langsung jatuh cinta, waktu liat muka cowok kesakitan!” wah, ini lebih konyol ketimbang Aira yang jatuh cinta karena diajak menikah teman sendiri. 

"Psikopat itu mah, Nadin! Lo masokis, ya! Bisa-bisanya ngasih alesan nggak masuk akal!" teriak Aira tampak frustrasi.

"Lo yang tanya, apa salah kalau gue jawab menurut versi gue? Lagian lo tumben menanyakan hal nggak penting kaya tadi!"

Sudahlah, ahli cinta pun tidak bisa menjawab ke khawatirannya tadi.

“Psikiater, Ra. Murah, kok! Kalau miskin pakai bpjs, aja!” usul Aira mencoba merogoh saku tasnya.

Ah, benar rubiknya rusak. Ck, tidak ada pelampiasan atas rasa kesalnya. Pun, bisa tidak dijelaskan, kenapa Aira berdebar begini? Sepersekian detik setelah Aira mengabaikan Nadin dan kembali dalam posisinya tadi, seseorang duduk di depannya. Tepatnya, dia menduduki bangku kosong di depan Aira.

Agha!

“Rubik lo, save balik nomor gue, ya. Ada di grup kelas. Di simpen rubiknya,” ucapnya memandangi Aira dengan senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.

What the hell! Kenapa jantungnya berpacu kencang sekali! Sial! Mimpi semalam benar-benar mempengaruhi rutinitas Aira hari ini. Ia tidak bisa bersikap biasa saja seperti hari kemarin.

Oh sial! Sejak kapan jantungnya bereaksi menyebalkan!

"Gu-gue, bukannya gue udah bilang, gue nggak butuh rubik atau nomor lo!" Pun rasa yang terasa menggelitik perut ini, harus Aira namakan apa? Kenapa rasanya aneh, setelah kemarin dia merasa asing dengan Agha.

"Lo butuh, gue bakal ajarin lo cara cepat bisa main rubik. Lo tau? Kemarin rubik lo kacau banget!” Aira menghela napas rendah, fiks!

Informasi dari Nadin kemarin kurang satu! Si Agha ini sepertinya player pro. Namun, sepertinya hanya Aira saja yang tidak tahu.

“Oh, ya?” tanya Aira, merasa dalam dirinya yang masih hancur ini sedikit tertantang.

Sebenarnya tidak benar-benar hancur setelah ditolak. Kebalikannya, Agha seperti membantu Aira memungut kepingan yang hancur itu agar kembali menyatu. “Fine, kalau lo sudi ngajarin gue, gue terima!”

Lalu, biarkan saja seperti ini. Karena sudah kepalang, Aira akan mencoba saran satu lagi dari Nadin. Memanfaatkan Agha agar perasaannnya bisa pulih lebih cepat.  Mungkin.

Sampai saat ini dia menyetujui ide gila itu, dia tidak menyadari konsekuensi lain selain pulih. Jatuh cinta lagi, misalnya?

Rubik baru yang dia kira akan menyembuhkan lukanya, bisa saja menjadi kisah baru di mana cinta yang baru mulai tumbuh. Lalu Agha pergi setelah tangannya dengan kurang ajar mengacak rambut panjang gadis di depannya. Dia semakin kurang ajar, karena sebelum pergi, Agha juga melempar satu senyuman yang membuat Aira mampu menahan napas.

Sial! Dia jadi tidak fokus!

Pelajarannya hari ini berjalan dengan sangat kacau!

Sore hari di musim kemarau, Aira memilih duduk di kantin sekolah sambil meminum pop ice rasa taro kesukaannya. Seharian ini, Aira malah berhasil mengumpulkan beberapa fakta dari teman terdekatnya. Soal mengapa wanita mudah sekali jatuh cinta.

Setelah lama Menyusun draft dan berkutat dengan hasil investigasinya, ia menemukan beberapa poin penting tentang mengapa orang lain bisa jatuh cinta.

• Karena dia baik
• Karena dia tampan / cantik
• Karena dia pengertian
• Karena dia perhatian
• Karena dia tipeku

Kalau Aira tulis semua, mungkin butuh berlembar-lembar kertas untuk menuliskan alasan sepele kenapa seseorang bisa jatuh cinta.

Tapi, apa alasan dijanjikan akan dinikahi seorang lelaki di dalam mimpinya, termasuk dalam salah satu alasan itu? Tidak! Jangan konyol!

Si Aira ini kenapa mudah sekali jatuh cinta dengan alasan paling mengerikan, sih!

Ini semua karena si Nadin yang hari itu membicarakan tentang Agha. Ayahnya ternyata memilik beberapa resort di kotanya ini. Bukan hanya resort, tapi juga beberapa yayasan sekolah.

Uh! Kalau si Agha menjadi pewaris, rasanya sangat tidak cocok! Dia bahkan selalu tidur setiap kali pelajaran dimulai. Sering merokok di warung dekat sekolah saat istirahat, pokoknya si Agha ini merupakan ikon buruk yang ada di sekolahnya.

Sebenarnya, ada nilai plus yang Agha punya. Tampang!

Siapa pun pasti setuju, kalau si anak badung ini punya wajah yang tampan. Kulitnya terlalu putih untuk ukuran seorang lelaki, Aira juga mengakuinya. Dia tinggi, dia tampan, dia kaya, tapi dia bodoh.

Ah, ternyata dunia yang selama ini Aira baca banyak bohongnya. Tidak ada tokoh utama yang sempurna. Kalau wajahnya tampan, hartanya melimpah, pasti minusnya ada di otak. Seperti si Agha.

Meski tadi Aira menerima rubik, dan merobek kertas berisi rangkaian angka yang menjadi nomor pribadi Agha, dia tidak merasa bersalah sama sekali. Namun, dari sini dia ingin memperbaiki cara dia mencintai seseorang. Aira jadi penasaran, apa benar karena mimpi pelukan semalam dia jadi ikut terpesona oleh Agha? Jadi, dia menerima Agha menjadi gurunya dalam bermain rubik.

Dia hanya ingin tahu hasilnya. Mana yang lebih baik? Mencintai dalam diam, atau menunjukkan segala yang dia punya saat jatuh cinta.

Agha memang ikon buruk, tapi Aira menyadari satu hal, Agha tampak kesepian dengan segala hal yang dia punya tadi.

Meski mungkin Agha—Ya Tuhan, kenapa  pikiran Aira penuh oleh Agha, sih?

“Hai! Aira, ya? Teman sekelasnya Agha sama Cakra, kan?” pun tolonglah Aira agar dia tidak terlibat dengan manusia-manusia yang menjadi crush—dambaan para wanita di Bina Nagara ini.

“Gue Jaka dari IPA satu, dan dia Aidan, anak IPA dua.”

Bahkan Aira bukan Geum Jandi, kenapa dia jadi di kelilingi bunga sekolah begini?

*********


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After Summer Rain (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang