31; hari yang meresahkan

1.7K 208 55
                                    

Happy reading!Dukung aku dengan vote dan comment ❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
Dukung aku dengan vote dan comment ❣️

Seluruh keluarga Rose sedang berkumpul di rumah papa Ceker dan mama Hera. Setiap sabtu atau minggu, wajib hukumnya bagi seluruh saudara Rose untuk mengunjungi orang tua mereka dengan tujuan mempererat tali kekeluargaan.

Seperti hari ini, sejak jam 9 pagi, Rose beserta keempat buntutnya sudah sampai di rumah orang tuanya dengan membawa tiga buah tas besar. Mereka akan menginap di sana.

Di dapur, Jennifer mengeluarkan macaroni schotel yang baru selesai dipanaskan dari microwave. Sedangkan Rose sibuk menyajikan beberapa makanan siap santap di meja makan.

Jennifer berjalan pelan menghampiri Rose untuk meletakkan macaroni schotel di atas meja makan, lalu menyenggol pelan lengan sahabat karib yang merangkap sebagai adik iparnya, "Roseee, ngga mau nambah lagi?"

"Nambah apa?" Rose menoleh ke Jennifer dengan menyernyit bingung. Pertanyaannya sungguh ambigu.

"Anak. Kasian tuh Luna ngga ada temen mainnya, cowok semua sepupunya," Jennifer menunjuk Aluna yang tengah bermain boneka babi kesayangannya di sofa ruang keluarga sendirian. Para sepupu dan saudara laki-lakinya bermain kejar-kejaran menelusuri seisi rumah gedong itu.

Keluarga besar Rose memang lebih cenderung memproduksi anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Gen laki-lakinya sangat kuat. Maka tidak dapat dipungkiri jika jumlah laki-laki di keluarga ini lebih banyak.

"Lu aja gimana? Kasih ponakan cewe buat temen main Luna," elak Rose.

Jennifer terkekeh, "ya deh, nanti malem gue coba bikin."

"Bunda Rose! Bunda Rose! Al nyium anak tetangga!" Pekik Joshua, anak pertama Ares yang telah berusia 7 tahun. Ia berlari dari halaman depan untuk menghampiri Rose dan Jennifer.

Mata Rose terbelalak hingga hendak keluar. Mengetahui bahwa buah hatinya sembarangan mencium anak orang lain membuat jantungnya empot-empotan.

"Nyium apa dan siapa yang dicium?" Rose menyudahi aktivitasnya dan menatap Joshua dengan dahi yang mengkerut.

"Cium bibirnya si Lia bunda," jawab Joshua dengan polos.

Jantung Rose seakan berhenti serta kakinya pun mulai melemas begitu mendengar jawaban Joshua.

"Bunaaa!" Alvendra berlari ke arah Rose dan langsung memeluk satu kaki sang ibunda dengan erat. Anak itu terus menyembunyikan wajahnya di celana Rose.

"Abang kenapa? Sini cerita sama bunda," Rose berjongkok, menyesuaikan tinggi badan mungil Alvendra.

"Kata om teta, abang halus tanggung jawab," jelas Alvendra yang masih saja menyembunyikan wajahnya, mungkin ia merasa malu.

Keluarga Jenandra | RosekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang