Maaf guys republish lagi karena part ini tiba-tiba ke unpublish🤯
Jadi banyak yang udah vote eh ke unvote lagi :(
. .
Happy reading≧◡≦
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selama 3 hari ini Rose tidak berangkat ke klinik karena tidak enak badan. Ia merasa mual, pusing, dan demam yang hanya terjadi saat menjelang sore.
Berulang kali Jenan telah mengajak Rose untuk berobat ke rumah sakit dan melakukan rawat inap, namun Rose selalu menolak. Ia tidak ingin berpisah dengan buah hati tercintanya, Alvendra.
Hari ini, Rose meminta Sari untuk tetap menjaga buah hatinya sampai Jenan pulang kerja. Sepanjang hari yang Rose lakukan hanyalah tidur.
Tin Tin
Jenan telah sampai di depan rumah, lelaki itu membunyikan klakson mobilnya beberapa kali.
"Sebentar mas...." ujar Surti yang berlari dari dalam rumah untuk membukakan gerbang.
Surti terkekeh sembari mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong gerbang.
"Abis olahraga ya mas?" tanya Surti ketika melihat Jenan keluar dari mobil yang masih mengenakan kaos oblong hitam dan celana training abu-abu. Jenan hanya mengangguk.
Sepulangnya dari kantor, Jenan mampir ke tempat boxing untuk membuang keringat dan melampiaskan gairah yang beberapa hari ini terpendam disana.
Jenan memasukki rumah dengan mengalungkan tas olahraganya. Lelaki itu berjalan beriringan dengan Surti ke arah ruang tengah.
"Rose dimana mbok?" tanya Jenan ketika melihat buah hatinya sedang menonton tayangan cocomelon di televisi ruang tengah bersama Sari.
"Tidur mas dari abis ashar tadi," jelas Surti yang menoleh ke arah Jenan.
"Udah membaik belom mbok kondisinya?" tanya Jenan. Alvendra yang rindu kepada sang ayah pun mulai meninggalkan tontonannya dan merangkak ke arah Jenan.
"Yahh....dongg..." cicit Alvendra yang ingin digendong oleh ayahnya.
Surti menggelengkan kepalanya, "tadi siang mba Rose muntah lagi mas. Setiap habis dimasukin makanan langsung dimuntahin."
"Ya..yah...endong...." cicit Alvendra kembali ketika Jenan tidak kunjung menggubris dirinya.
"Anak ayah mau digendong? Sini-sini ayah gendong, hap!" seru Jenan dengan merentangkan tangannya untuk menyambut tubuh mungil sang buah hati.
