WMIM 5

3.7K 194 12
                                    

Nana kembali menarik tangannya dan tubuhnya terasa limbung,ia bingung dengan situasi yang terjadi saat ini.Apakah anak ini adalah anak Panji dan Sesil?,Oh kepalanya sangat sakit sekarang.

"Lea daddy belum bisa pulang,mungkin minggu depan yah kita jalan-jalan" ujar Panji membuat Nana menganga bagaiman mungkin kulkas kekar ini bisa begitu lembut.

"Maaf ya mba Nana,Lea sudah terbiasa memanggil mas Panji daddy jadi agak sulit untuk merubahnya mungkin butuh sedikit waktu" ujar Sesil tersenyum tak enak pada Nadia.

"Dimana suami mba Sesil?" tanya Nana datar membuat Sesil terdiam.

"Saya tidak punya suami mba Nana" balas Sesil lirih.

Nadia tersenyum sinis "Lalu apa Lea anak di luar nikah?"

"Ikut saya" tiba-tiba Panji menarik tangannya hingga mereka ada di dalam kamar yang tadi di gunakan mereka untuk di rias.

Setelah mengunci pintunya,Panji langsung menghempaskan tangan Nana kasar namun wanita itu hanya diam.

"Kamu harusnya sopan,Sesil juga tamu kita Nadia Dewi Sanjaya" tegas Panji memanggil Nadia dengan nama belakang nya

Nana melipat tangannya di dada,"tamu kamu lebih tepatnya dan seharusnya saya yang tanya hubungan kamu dan anak itu mas"

Panji menghela napas kasar dan ia menarik kasar dasi yang berada di lehernya."Saya hanya sahabat dari Sesil dan Lea sudah saya anggap anak saya Nana,pikiran kamu yang terlalu dangkal"

"Lalu siapa ayah Lea kalo bukan kamu ha?!,enggak mungkin kan dia jalang yang tidak tahu hamil dengan siapa sampe kamu yang kena susahnya!" teriak Nana tak bisa lagi menahan rasa cemburunya.

"NADIA!!" pekik Panji hampir menampar Nana namun segera ia hentika dan menarik kembali tangannya.

Nadia tertawa getir dan matanya berlinang air mata ia tak menyangka Panji akan sebegitu marahnya hanya karena seorang Sesil.

Panji menghela napas lelah,ia menyentuh bahu Nana lalu menyatukan dahinya dengan dahi Nana.

"Maaf Na,maaf tolong kamu ngertiin posisi saya,beri saya waktu-"

"Aku mau ketemu temen-temen aku kayanya kamu juga mau ngobrol sama Lea,aku pergi dulu" potong Nana sambil mendorong dada Panji lalu pergi keluar kamar.

Nadia menghampiri teman-temannya lalu mememul Stephany hingga membuat wanita itu menoleh.

"Kenapa lo,mana Panji?" tanya Menik memukul pelan lengan Nadia.

"Ada kok" balas Nana lirih.

"Kenapa sih Na,kok kaya galau jangan bilang lo masih kepikiran mantan lo ya" tebak Indi yang langsung mendapatkan pukulan hangat di pipinya.

"Sialan lo sakit bego" pekik Indi membuat Nana tertawa,setidak nya berkumpul dengan mereka bisa sedikit melupakan si brengsek panji itu.

"Mba napa sih lo dateng melow terus ketawa gini,kaya orang gangguan lo?" ujar Lili makin membuat Nana tertawa entah apa yang dia tertawakan mungkin nasib malangnya?.

"Fix kerasukan kunti lo,jujur lo kunti yang di depan rumah Lili kan?" canda Indi menatap horor Nana.

"Kok rumah gue sih dibawa-bawa" kesal Lili.

"Ya rumah siapa lagi yang menyimpan banyak dosa"

"Sialan lo mba Indi" reaksi Lili yang lucu membuat mereka semua tertawa.

"Gue bakal kangen pasti hang out sama kalian,kita bakal pisah girls" ujar Nana.

"Gak bisa apa si Panji stay di Jakarta aja" keluh Indi ikut memeluk Nana lalu Lili ikut nimbrung.

"Udah ah jangan melow gini kita masih bisa vc kalo perlu zoom meeting sekalian" ujar Menik melerai pelukannya.

Mereka mulai mengbrol dari hal penting sampai yang random hingga Nana tak menyadari Panji sudah berdiri di belalangnya.

"Saya cari kamu Nana,ternyata di sini" bisik Panji sambil melingkarkan tangannya di perut ramping Nana.

Nana menoleh dan menatap dalam Panji dan tanpa di duga pria itu mengecup bibirnya bahkan sedikit melumatnya.

"Ada Jomblo tiga nih dianggurin aja" seru Indi membuat pangutan mereka terlepas.Sedangkan Lili berdehem pelan dan Stephany hanya menundukan kepalanya.

"Wanna dance with me?" tanya Panji,Nana tersenyum malu dan mengangguk pelan.

Panji membawa Nadia ke tengah pesta dan musik romantis mulai mengalun lalu mereka mulai berdensa.

"Saya mau minta maaf lagi,saya tahu saya salah dan..."

"Udahlah mas jangan rusak suasana deh" potong Nana cepat tak mau membahas masalah itu lagi.

Panji mengangguk dan membawa Nana semakin mendekat dan mengecup puncak kepala Nana.

Bukan berati ia lari dari masalah hanya saja ia ingin memilih waktu yang tepat untuk menjelaskan semua pada Nana apalagi masa lalunya bisa di bilang bukan hal yang menyenangkan untuk diceritakan pada orang lain.

.....

Harus di diapain nih mas Panji huhu...😓😓

Jangan lupa vote ya sorry for typo yang bertebaran😯

Rianiani


Definisi senyum tapi hati menangis nih Nana😭


Mau ngejelasin tapi bukan waktu yang tepat,bingung deh mas Panji nih😂

Moodbooster Nana no wahid😍

Married With Ice Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang