MWIM 11

3.3K 185 22
                                    

Panji menyusul Nana ke hotel setelah mengantarkan Sesil dan Lea,ia memencet bel kamar dimana Lili dan yang lainnya menginap.Ia langsung berhadapan dengan Indi begitu pintu terbuka.

"Ngapain lo?" tanya Indi dengan sinis.

"Saya mau ketemu Nana,dia salah paham" ucap Panji mencoba masuk namun dihalangi oleh Indi.

"Dia yang salah paham apa lo yang dasarnya bajingan,kalo belum selesai sama masa lalu jangan berani-berani deh buat buka hati lagi" oceh Indi namun tepat pada sasarannya.

Nana yang mendengar suara Panji pun bangkit perlahan dan berjalan menuju pintu,ia menepuk bahu Indi pelan hingga gadis itu menoleh.

"Kok disini,badan lo masih panas Na" ucap Indi khawatir.

"Kamu sakit Na?,ayo kita ke dokter" serobot Panji khawatir melihat wajah pucat Nana,tanpa pikir panjang ia memegang lengan Nana.

"Aku mau pulang ke Jakarta, kaya bener kata Lili kita sudah terlalu berbeda sampe kelebihan kita juga gak bisa nutupin lubang itu,lubang yang Aria tinggalin"

"Na,kita baru saja menikah dan nikah itu bukan main-main yang bisa kamu putusin gitu aja" geram Panji tak mau jika Nana mengambil langkah itu.

"Tapi aku bakal selalu kalah dari Aria mas,kamu gak akan pernah jadiin aku tokoh utama mas,aku cuma pemeran pengganti yang bisa di depak kapan aja" lirih Nana lalu tangannya melepaskan genggaman Panji di lengannya.

"Kamu istri saya dan selamanya akan begitu" tegas Panji tak mau kalah.

"Jaga diri kamu baik-baik,nanti ada supir yang ambil barang aku" putus Nana lalu berjalan masuk.

Baru saja Panji ingin meraih lengan Nana namun Lili yang baru saja masuk menghentikan niatnya.

"Pergi dari sini,sebelum gue panggil polisi" usir Lili.

"Saya hanya ingin ketemu sama Nana,istri saya sendiri"

"Eitsss,bahasa lo baku amat lagi ulangan lo" sinis Indi

"Saya perlu bicara—"

"Ayo pulang" ajak Nana menarik tangan Panji membuat pria itu tersenyum sedangkan Indi dan Lili hanya melongo bingung.

.....

Di dalam mobil Nana hanya diam tak bicara apapun,membiarkan alunan lagu sheila on7 mengalun indah.

"Eyang kakung sama eyang tuti di rumah,aku cuma menghargai dua orang baik itu" ucap Nana seolah tahu pertanyaan apa yang akan di ucapakan oleh Panji.

"Kamu salah paham tentang Lea dan apa yang di ucapkan Sesil" Nana menoleh mendengar ucapan Panji.

"Lalu yang benar itu kaya mas,biar aku gak salah paham lagi" sarkas Nana membuat Panji diam seribu bahasa.

"Kamu istri saya,cuma itu yang harus kamu inget dan pahami" Setelah itu hanya ada keheningan yang mengisi.

Mobil SUV hitam itu berhenti di depan rumah yang terlihat ramai dengan pintu terbuka.

Nana langsung turun dan diikuti oleh Panji,ia menghela napas sejenak lalu masuk ke dalam.

"Eyang tuti,eyang kakung kok gak bilang sih kalo mau dateng" sapa Nana lalu memeluk mereka satu persatu.

"Sekalian pulang ke Solo jadi mampir kangen juga sama gudek ibune Ningrum" balas eyang tuti sambil menepuk pelan bahu Ningrum.

"Kamu bahagia kan sama Panji?" tanya eyang kakung, membuat Nana tertohok.

Dadanya merasa sesak,apa dia bahagia sekarang?,entah ia saja ragu sekarang.

Panji tersenyum lalu memeluk pinggang Nana membuat sang empunya menoleh,"Kita bahagia kok eyang,udah jangan khawatir lagi " jawab Panji lugas.

"Ya wis,ayo makan dulu" ajak eyang Tuti lalu mereka semua berjalan menuju ruang makan meninggalkan Nana dan Panji.

"Kita bahagia ya mas?" tanya Nana dengan suara yang hampa.

"Definisi bahagia setiap orang emang beda-beda tapi saya bahagia bisa jadi suami kamu dan akan selalu bahagia jadi saya mohon ke kamu untuk tidak terbawa emosi yang tidak jelas apalagi kata cerai itu jangan pernah terucap" ucap Panji lalu mengecup kening Nana lama.

#####

Eaaaaaa tiba-tiba pulang aja nih wkwkw...selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya....

Sorry for typo

Rianiani.

Rianiani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Married With Ice Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang