BAB 19

3K 165 7
                                    

Sudah sebulan lamanya Panji memilih untuk tidur panjang dengan bantuan berbagai macam alat penunjang kehidupan, selama itu pula Nana dengan telaten merawat suaminya.

Ia duduk di sebelah Panji setelah menunaikan sholat isya,ia menatap jari manis Panji yang memakai cincin pernikahan.

"Mas,kamu kapan bangun,kamu masih hutang penjelasan loh sama aku?" tanya Nana meski tahu tidak akan mendapatkan jawaban apapun.

"Aku puterin lagu kesukaan kita ya mas biar gak sepi" ujar Nana lalu memutarkan lagu kesukaan mereka.

Tanpa terasa kantuk menyerang Nana dan jatuh tertidur sembari menggenggam tangan Panji.

....

"Tante gak lama kan perginya?" tanya Lea pada Sesil yang meminta nya menginap entah dimana.

"Iya gak lama kok,disini banyak temen juga loh,Lea gak sendiri kok" balas Sesil sembari tersenyum.

"Kenapa enggak ke rumah ayah aja Tan?" tanya Lea lagi.

"Ayah lagi kerja jadi Lea disini dulu ya,nanti Tante jempu lagi bareng sama ayah ya"

"Iya,ya udah aku masuk dulu ya tan" ujar Lea dengan semangat lalu berlari masuk kedalam panti asuhan itu.

"Saya pergi dulu" ujar Sesil lalu memakai kaca mata hitamnya dan berlalu begitu saja.

....

Nana terbangun saat merasakan sebuah usapan di kepalanya, ia menatap Panji sudah sadar dan tersenyum tipis.

"Mas udah sadar,aku manggil dokter sebentar" ucap Nana lalu memencet bel untuk memanggil dokter.

Tak lama para dokter berdatangan dengan beberapa perawat,Nana memilih untuk mundur memberikan ruang pada dokter untuk memeriksa Panji.

"Alhamdulillah, tuan Panji sudah sadar hanya saja kita masih harus memantau dan mungkin akan dilakukan terapi untuk berjalan" ujar salah satu dokter.

Nana menghela napas lega,"Terimakasih dok" ucap Nana

"Kalau begitu kami permisi dulu" pamit dokter kemudian berlalu diikuti dua dokter lainya dan beberapa perawat.

Setelah dokter itu pergi Nana menghampiri Panji,"Aku lega mas Panji udah sadar"

Panji meraih tangan Nana,"jangan pergi lagi Na,saya kosong tanpa kamu"

Nana terdiam lalu ia melepaskan genggaman tangan,"Nanti kita bicara lagi,mas masih harus istirahat " ucap Nana.

Panji tersenyum dan ia kembali meraih tangan Nana dan menggenggam tangan mungil itu erat.

"Aria cinta pertama saya,dia segalanya buat saya,saya juga sempat berjanji tidak akan menikah" ucap Panji membuka pembicaraan.

"Terus kenapa mas nikahin aku?"

"Saya berubah pikiran karena seorang gadis yang saya temui di perpustakaan kota,ia menceramahi saya tentang cinta padahal dia masih pake seragam SMA" Nana mendelik sial ternyata dia masih cemburu.

"Banyak banget crush-nya sampe anak SMA,emang pedofil sejak dulu ya" sinis Nana.

"Masalahnya anak SMA itu ngambekan kaya kamu,jadi dia pergi gitu aja pas tahu saya mau deketin"

"Aku gak ngambekan ya mas" elak Nana kesal.

Panji terkekeh geli,"gadis SMA itu kamu Na,saya jatuh hati sama kamu jauh sebelum saya mengalami semua hal gila itu"

Nana melotot,"jangan gila ya mas,kamu tuh suka banget ngarang bebas"
"Kamu boleh tanya mas Banyu dia saksi hidup saya" balas Panji

"Iya nanti aku tanyain semua ke si peramal Banyu itu,sebel deh dia itu kaya tahu isi pikiran orang ya mas tapi kadang-kadang aku liat dia tuh kaya dari beda generasi gitu pemikirannya,kok Dista mau ya sama dia" ujar Nana membuat Panji tertawa keras.

"Gak usah ditekuk gitu wajahnya memang nyatanya kan" seru Panji menatap kebelakang membuat Nana ikut menoleh dan ia menelan ludah kasar mendapati Banyu dan Dista disana.

"Mas takut" bisik Nana sedangkan Dista sudah tertawa terbahak-bahak.

"Dari jaman Majapahit dia mah mba,gue juga suka bingung kok ada ya orang purba kaya dia" kekeh Dista yang langsung mendapat lirikan tajam dari Banyu.

"Sana ajak Nana makan,saya mau bicara sama Panji" suruh Banyu menghentikan tawa Dista.

"Mba makan yuk,gue laper biar mas Banyu yang jaga suami lo" ajak Dista,Nana menoleh menatap Panji.

"Sana,kamu juga belum makan kan" suruh Panji memberikan ijin.

"Ya udah,aku makan dulu ya mas" pamit Nana lalu pergi bersama Dista.

Setelah Nana dan Dista pergi,Banyu menghampiri Panji dan duduk di sebelah ranjang itu.

"Sesil pergi ke Singapura dan Lea di titipkan di panti asuhan,kamu harus bicara dengan Nana tentang Lea,katakan semuanya dia hanya perlu kebenarannya" ujar Banyu.

"Kebenaran kalau dia adalah saksi dari kematian Aria dan saya membayar pengadilan untuk menutup kasus itu demi melindungi Nana yang hampir kehilangan kewarasannya karena trauma itu" desis Panji tajam.

"Daripada dia tahu dari orang lain dan itu akan terkesan kamu melindungi Sesil daripada Nana" balas Banyu dengan tenang.

"Saya akan bicara lebih dulu pada ayah mertuanya saya"

"Saya akan bantu kamu,seperti permintaan ayahmu sebelum meninggal,istirahatlah,saya pergi dulu" ujar Banyu lalu pergi begitu saja.

####

Bingung gak,bingung ya maafken guysss

Jangan lupa vote sama komen ya...

Jangan lupa vote sama komen ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Married With Ice Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang