5. Nemenin Basket

9.3K 329 1
                                    


~ Berjalan ke depan. Bukan berbalik ke belakang dan meninggalkan tujuan.~

🍂


Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu. Seana dan kedua sahabatnya masih di dalam kelas, karena baru selesai mencatat.

"Yuk pulang." ajak Alora seraya menggendong tas nya.

"Gue mau nemenin Kak Regan basket dulu." Violetta menutup resleting tasnya.

"Gue duluan, bye." pamitnya sambil keluar kelas.

"Yaudah bye. Ayo, Se."

"Gue mau ke perpus dulu, pinjam buku. Lo duluan aja." Seana juga masih sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Mau gue temenin nggak?" tawar Stella.

Seana menggeleng. "Nggak usah, lo pulang duluan aja."

"Yaudah kalo gitu, gue duluan ya, bye." Alora berjalan keluar kelas.

"Gue juga duluan, Se. Bye bestai." Pamit Stella seraya melakukan kiss bye.

"Yoi, tiati lo pada."

"Lo juga, Sea."

🍂

Seana berjalan menuju perpustakaan. Koridor nampak sepi, hanya ada beberapa murid yang masih tersisa.

Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam perpustakaan. Matanya fokus pada buku yang berjejer rapi di rak, mencari buku.

Setelah ketemu, Seana memasukkan buku itu kedalam tas ransel abu-abunya, kemudian berjalan keluar perpustakaan.

"Setan kuntilanak ngempot." Seana tersentak kaget dan berbalik badan karena ada yang menepuk pundaknya.

"Ck, ngagetin aja." Seana menatap kesal orang yang menepuk pundaknya tadi, Tenggara.

Tenggara menarik sebelah tangan Seana. "Ikut gue!"

"Kemana? Gue mau pulang."

"Basket."

"Nggak, gue capek. Nanti gue pulang sama siapa?" Seana mencoba menghentikan kakinya, namun bukan Tenggara jika menyerah begitu saja.

"Gue anterin."

"Ish, nggak ada temennya, Kak. Maksa banget sih!" Seana menghentakkan kakinya kesal.

"Vio."

"Pengen langsung pulang." Seana berpegangan pada tiang, Memberi perlawanan. Sungguh, entah kenapa hari ini Seana sangat lelah dan ingin cepat-cepat pulang.

Tenggara berdecak kesal melihatnya. Tanpa aba-aba, Tenggara menggendong Seana seperti menggendong karung beras.

"Kak, turunin!" Seana memberontak. Tenggara tidak peduli dan terus berjalan menuju lapangan.

"Turunin, pusing." Seana memukul-mukul punggung Tenggara.

"Diem!" Seana langsung terdiam mendengar suara Tenggara yang dingin.

Mereka sampai di lapangan basket. Tenggara segera menurunkan Seana dari gendongannya.

"Sakit bangsat." Tenggara mengelus lengannya yang baru saja ditonjok oleh Seana.

"Pusing tau."

"Makanya nurut!"

"Lo tuh, maksa banget sih." Seana mengangkat kedua tangannya seolah ingin mencakar wajah Tenggara.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang