•
•~Tidak ada perasaan yang salah, hati berhak menentukan siapa yang dia inginkan.~
🍂
Keempat gadis cantik tengah berkumpul di salah satu kafe terkenal di kalangan remaja.
Seana terlihat semakin cantik dengan balutan dress putih tulang selutut.
Berbagai menu sudah mereka pesan. Kini mereka menikmati pesanannya diselingi candaan.
"Kayaknya gue bakalan uncrush deh." Kalimat yang keluar dari bibir Stella membuat mereka terdiam.
"Kenapa?" Seana melontarkan pertanyaan.
"Cape aja nggak di feedback."
Violetta menyedot jus jeruk pesanannya. "Jangan gitu, Stell. Dia 'kan nggak tau kalo lo suka sama dia."
"Dia tau kok. Tapi emang dianya aja yang pura-pura nggak tau dan nggak mau tau." Stella mengamati foto-foto Aksa di galeri nya.
Ketiga gadis itu saling bertatap-tatapan. Bingung mau menjawab apa. Mereka cukup tau perjuangan Stella mendapatkan Aksa.
Seana mengaca lewat layar ponselnya. "Lo serius mau nyerah?"
Stella mengangguk. Dia menghapus semua foto Aksa yang berada di galeri nya. Foto yang dia dapat dari teman sekelas Aksa, foto hasil candid nya, dan foto hasil screenshot dari sosial media milik lelaki itu.
"Setelah semua yang lo lakuin?" Tanya Alora setelah mencomot kentang goreng.
Stella hanya mengangguk.
Satu tetes air mata jatuh bersamaan gadis itu menekan ikon sampah di galeri nya.Seana yang melihat itu langsung memeluk Stella. "Sabar, Stell. Maaf gue gak bisa bantu apa-apa."
Violetta dan Alora ikut berpelukan.
"Santai."
"Gue yakin Kak Aksa bakalan nyesel!" Ucap Alora emosi.
"Nggak mungkin, Ra. Dia aja nggak suka sama gue."
"Nggak ada yang gak mungkin, kalo jodoh pasti disatuin lagi." Ucap Violetta.
"Ya kalo emang jodoh, tapi mau jalur langit sekalipun, kalo nggak jodoh tetep nggak akan bisa." Sangkal Stella.
🍂
Brak
Seana membuka pintu kelas Tenggara dengan kasar. Semua yang berada di kelas terlonjak kaget. Pagi-pagi, Seana dan Alora memasuki kelas Tenggara dengan raut wajah emosi.
"Mana Kak Aksa?!" Seru Seana dengan menggebu-gebu.
Aksa mendongak. "Kenapa, Bu Bos?"
Plak
Wajah Aksa tertoleh ke samping karena tamparan keras dari Seana.
Semua orang terkejut. Aksa berdiri. "Maksud lo apa nampar gue?"
"Se?" Tenggara menatap Seana terkejut, meminta penjelasan.
"Dia udah bikin temen gue nangis, Kak!"
"Jangan mentang-mentang lo pacarnya Gara, lo lancang ikut campur urusan gue!" Desis Aksa menatap tidak suka Seana.
Alora menatap sengit Aksa. "Heh, Kak. Gue tau lo nggak suka sama Stella. Tapi seenggaknya lo hargain dong effort dia."
"Bentar-bentar. Maksudnya gimana nih?" Tanya Regan yang sedari tadi terlihat kebingungan.
"Temen gue Stella, suka sama Kak Aksa. Dengan gobloknya temen lo ini pura-pura nggak tau padahal aslinya dia udah tau kalo Stella suka sama dia."
"Minimal kalo nggak suka langsung bilang, ceplos! Tapi ini malah diem aja, brengsek banget."
"Lo nggak mikirin perasaan dia gimana, Hah? Asal lo tau ya, bekal yang tiap hari lo makan itu dari Stella, dia berani bayar Rion buat kirimin pap lo tiap hari."
Aksa terdiam. Tidak menyangka Stella melakukan semuanya ini.
"Gue nggak nyuruh lo buat bales perasaan dia. Kalo lo suka bilang kalo nggak suka bilang. Biar dia nggak bingung dan sakit sendiri."
"Gue do'ain lo nyesel!"
Setelah mengucapkan itu, Seana dan Alora pergi dari kelas itu.
"Jangan jadi pegecut!" Ucap Tenggara kemudian berjalan keluar kelas.
Aksa masih diam.
"Jangan sampe lo nyesel, Sa."
"Selesai in, nggak semua cewek sifatnya sama."
🍂
Sudah lima hari berlalu, rasanya ada sesuatu yang hilang dari diri Aska. Lima hari setelah kejadian itu, lelaki itu tampak lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya yang bertingkah bobrok.
Pikiran lelaki itu tertuju pada gadis yang akhir-akhir ini mengusik hatinya, Stella Auva Nadine.
"WOY!"
Aksa terlonjak kaget. Dia menatap tajam orang yang mengagetkan nya tadi.
"Anjing, kaget gue."
Genta tertawa. "Lo dipanggil nggak nyaut-nyaut njir."
Gema mendudukkan bokongnya di kursi. "Kenapa, lo? Galau?"
"Tampang-tampang nyesel gini nih." Sahut Tenggara ikut duduk.
Aksa mendelik. "Bacot lo pada."
"Kalo suka gas aja lah, Sa." Sahut Esther.
"Gue tau lo masih trauma sama cewek. Tapi nggak ada salahnya kan, lo coba buka hati lagi." Ucap Regan memberi saran.
Esther menepuk bahu Aksa. "Lo liat sendiri effort dia gimana. Nggak usah ragu."
Aksa terdiam, meresapi perkataan para sahabatnya.
"Shutt udahlah, tuh orangnya datang." Raden yang ikut duduk bareng mereka angkat bicara.
Seana dan ketiga sahabatnya berjalan mendekati meja inti Asegar. Seperti biasa, Tenggara langsung menarik tangan Seana dan mendudukkan gadis itu di sampingnya.
"Bucin."
Violetta duduk di samping Regan, Alora duduk berhadapan dengan Raden, mau tak mau Stella duduk berhadapan dengan Aksa.
Stella bergerak gelisah di tempat duduknya, sedikit risih karena sedari tadi Aksa tidak berhenti menatapnya.
"Ngomongo..." Genta memberi kode Raden lewat tatapan mata.
Raden yang paham, langsung menyahut lirik lagu tersebut.
"Njalukmu pie... Tak turutane, tak usahakne..."
"Aku ra masalah, yen kon berjuang dewe... Seng penting kowe bahagia ending e."
Semua yang berada di meja itu tertawa keras. Seolah sedang menyindir seseorang.
Aksa menatap sinis temannya yang bernyanyi. Aksa tau kedua sahabatnya itu tengah menyindir nya lewat lagu yang sedang viral itu.
"Sabar bestai. Karma is real."
Stella terkekeh. "Apaan deh lo semua."
"Lo nyindir gue?!" Gema berujar sinis. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan melenggang pergi.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
TENGGARA [END]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) "Berani sentuh Sea, gue sleding kepala lo!" Ini tentang Tenggara Biru Segantara, lelaki dengan sejuta pesona namun juga sejuta sifat buruknya yang mencintai seorang gadis bermanik mata amber, Seana Fayra. Mempertahankan Sea...