48. Puzzle

2.7K 200 15
                                    


~Terkadang, pertemuan yang singkat memiliki kenangan yang hebat."

🍂

Tenggara menatap tajam dua orang yang baru saja memasuki kafe. Pulang sekolah tadi, sahabatnya mengajak nongkrong dulu di kafe karena sudah lama tidak nongkrong. Dan di sinilah mereka berada.

Manik emerald  Tenggara terus mengamati dua orang itu, Seana dan Jeffran.

Tenggara berdecak ketika melihat Jeffran memundurkan kursi dan menyuruh Seana duduk.

"Caper banget, si bangsat!"

"Apa gue sleding beneran, ya. Biar nggak ada yang deketin Sea."

Tenggara uring-uringan tidak jelas lantaran cemburu.

Genta mengambil kentang goreng milik Regan. "Samperin, Gar. Rusuhin sekalian, jangan sampe Si Jeffran menang banyak."

"Jangan kasih kendor. Gass teros Bos, jangan sampe Seana beneran mau sama Jeffran." Sahut Aksa kemudian menyeruput kopi panasnya.

Tenggara berdiri dari duduknya. Kedua kakinya melangkah mendekati meja Seana.

Sret

Tanpa aba-aba, lelaki itu mendudukkan dirinya di samping Seana.

Seana tentu saja terkejut. "Lo ngapain disini?"

Tenggara meletakkan ponselnya ke  atas meja dengan kasar.

"Mau liat lo lah." Tangan Tenggara terulur mengacak gemas rambut Seana.

Tenggara terhenyak, sudah berapa lama dia tidak menyentuh Seana.

Jeffran menatap Tenggara dengan tatapan tidak suka. "Lo ganggu. Mending pergi!"

"Kalo gue nggak mau?" Tantang Tenggara.

Jeffran hendak bangkit dari duduknya.

"JEFFRAN!" Dengan kesal, Jeffran kembali duduk.

Tling

Bunyi ponsel milik Tenggara mengalihkan atensi Seana. perempuan itu melirik ponsel Tenggara yang menyala.

Regan:
Bos, kita balik duluan ya, thanks traktirannya.

Deg

Bukan tentang isi pesan, Seana malah salah fokus pada wallpaper di ponsel itu.

Foto Tenggara bersama gadis yang berada di pantai. Gadis itu sangat mirip dengannya.

Kepingan-kepingan memori kembali berputar di ingatan Seana layaknya kaset rusak.

Seana memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. "Shhh."

"Se, kamu kenapa?"

"Sea, lo gapapa?"

"Arghh sakit." Seana berteriak kesakitan.

"Shit." Tenggara mengumpat kesal.

"Lo pergi dari sini." Tenggara menatap tajam Jeffran yang berucap.

"Lo nggak liat Seana kesakitan? Ini bukan pertama kalinya lo bikin Sea kesakitan."

"Arghhhh!"

Tenggara bimbang, di satu sisi dia tidak ingin meninggalkan Seana, namun disisi lain ucapan Jeffran benar.

Akhirnya Tenggara memilih pergi dari sana.

"Kak Gara."

Tenggara langsung menoleh. "Kamu udah inget?" Setitik bahagia terpancar di wajah Tenggara.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang