47. Muak

3.2K 193 5
                                    


~Diam mungkin membuat kita lebih baik.~

🍂

Jam istirahat berbunyi beberapa menit tadi. Kini kantin penuh dengan siswa-siswi.

Seana dan ketiga sahabatnya ikut duduk di meja mereka. Tadinya Seana ingin menolak, namun karena Violetta memaksa, dia dengan pasrah mengangguk.

Tenggara mendengus kesal tatkala Jeffran ikut bergabung dan duduk di samping Seana.

Keadaan meja itu canggung dan sedikit menegangkan.

"Ehem. Dingin banget padahal cuaca lagi panas." Celetuk Regan memberi sindiran.

"Iya njir. Sampe merinding gue." Sahut Aksa berlagak mengusap kedua lengannya kedinginan.

Tenggara tidak menghiraukan temannya. Dia menatap tajam Jeffran yang juga menatapnya dengan senyum miring.

"Se, apa makanan paling enak di sini?" Tanya Jeffran seraya mendekatkan wajahnya ke Seana.

Seana langsung memundurkan wajahnya, jujur dia sangat risih dengan tingkah laku Jeffran.

"Bakso goreng." Seana menjawab dengan asal. Dia merasa ada yang menatapnya tajam.

"Minumannya?" Jeffran memegang rambut Seana, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.

Muak, Tenggara muak melihat semua ini. Lelaki itu menggebrak meja lalu berdiri.

Bugh

"Astaga!" Seana menjerit kaget karena Tenggara menonjok Jeffran.

"Gue tau lo nggak buta dan nggak budeg. Seana milik gue, bangsat!"

Jeffran mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Kemudian tersenyum miring. "Oh ya? Lo juga nggak buta dong, Bro. Dia aja nggak mau deket sama lo."

Shit. Emosi Tenggara naik. Kedua tangannya mengepal kuat disisi tubuhnya.

"Woy woy, santuy. Kita bicarain baik-baik." Lerai Gema yang takut melihat Tenggara, bola mata lelaki itu berubah menjadi abu-abu.

Sahabat Tenggara terkejut. "Gar Gar, WOY!"

"L-lo?" Seana menatap takut Tenggara.

"Why babe, hm?" Tenggara menatap Seana dengan seringai yang membuat Seana takut.

"Kak Gara." Seketika nyali Seana menciut.

"I'm not Tenggara. I'm Zergio."

Kepala Seana berdenyut hebat. Secuil memori muncul bak kaset rusak.

"I'm not Tenggara, i'm Zergio."

"Zergio lebih sadis dari Tenggara."

"Zergio itu, psikopat."

Shhh

Seana memengangi kepalanya. "Arghh."

"SEA!" Teriak Violetta, gadis itu dengan cepat membawa Seana duduk.

Emosi Tenggara melunak. Dengan jantung yang berdetak tak beraturan, dia mendekat ke arah Seana.

Seana menggeleng kuat seraya menjambak rambutnya. "Jangan mendekat, please! Kepala gue sakit banget!"

"Lo kenapa muncul di kepala gue? Lo siapa gue?"

"Se, tenang. Jangan maksain diri." Dengan panik, Violetta merengkuh tubuh Seana.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang