40. Crazy

3.8K 240 6
                                    


~Cukup jadi versi terbaik dari dirimu sendiri!~

🍂

Tangan kiri Tenggara menggenggam jemari Seana, menyetir dengan satu tangan. Malam ini pasangan halal itu sedang berjalan-jalan, night drive.

"Di jok belakang ada selimut. Kamu pakai gih."

Seana mengangguk dan melepaskan genggamannya. Kemudian mengambil selimut berbulu. Kedua kakinya dinaikkan ke atas kursi lalu menyelimuti tubuhnya.

"Masih jauh, ya?" Tanya Seana seraya menatap takut jalanan yang sepi, hanya ada beberapa bangunan. Selebihnya banyak pohon besar yang mengapit jalanan.

Tenggara menoleh. "Lumayan, maaf ya kejauhan terus jalannya sepi." Ucapnya merasa bersalah.

"Gapapa, ini seru kok. Bosen liat jalanan rame terus. Aku cuman agak takut hehe."

"Merem aja, tidur kalo udah ngantuk."

Seana menggeleng. "Yakali tidur. Kasian nanti nggak ada yang nemenin kamu ngobrol."

"Perhatian banget sih." Dengan gemas, Tenggara mengacak rambut Seana.

"Nyenyenye."

Mereka berdua terus berceloteh. Seana yang paling antusias berbicara untuk mengalihkan suasana sepi dan perasaan takutnya.

🍂

Brumm... Brum...

Sontak, keduanya menoleh ke belakang. Terdapat seseorang tengah mengikutinya entah sejak kapan.

"Shit!" Tenggara mengumpat setelah tau siapa orangnya.

"Siapa, Kak? Kayaknya ngikutin kita deh." Tanya Seana mulai panik.

"Calm dowm, Babe. Dia Leon."

Sepertinya Leon tidak terima dan ingin balas dendam karena Tenggara membakar habis Markas Laskar beberapa waktu yang lalu.

Seana terus menoleh ke arah Leon. Mengawasi gerak-gerik lelaki itu karena Tenggara fokus menyetir.

"Kenapa dia bisa tau kalo kita disini?"

"Bales dendam, maybe." Sahut Tenggara seraya berusaha menghadang Leon yang ingin menyalip.

"KAK GARA AWASS!!"

Seana berteriak saat motor Leon berhasil menyalip dan menghadang mobilnya.

Tenggara terkekeh sinis. "Kita tabrak?"

"Mata Seana membola. "Jangan gila, Kak!"

Brumm

Ciittt

Tangan kiri Tenggara menahan tubuh Seana saat mobilnya berputar. Walaupun Seana sudah memakai sabuk pengaman, keselamatan Seana lebih penting bagi Tenggara.

"Bangsat!" Umpat Tenggara yang gagal menabrak motor Leon karena Leon memilih membelokkan stir keluar pembatas jalan.

Dia menatap Leon yang tengah melempar helm kearah mobilnya.

"TURUN ANJING!" Teriak Leon seraya mendekati mobil Tenggara dengan langkah terseok-seok.

Tenggara beralih menatap istrinya. "Babe, are you oke?"

"Fine." Jawab Seana dengan napas terengah-engah. Jantungnya masih berdegup kencang karena adegan tadi.

Hendak turun dan menyerang Leon tapi dia urungkan. Karena saat ini tempatnya tidak memungkinkan, apalagi sekarang ini dia bersama istrinya.

🍂

Tenggara kembali menginjak gas mobilnya. Membelokkan stir ke jalan yang berbeda. Menghiraukan Leon yang terus berteriak kesetanan.

Tangan kirinya dengan lincah merogoh ponsel di saku celana dan menghubungi seseorang.

"Lacak kalung Seana. Dateng ke sini sama yang lain. Secepatnya!" Ucap Tenggara setelah teleponnya terhubung.

"Siap, Bos!"

'Tut'

Seana yang penasaran pun bertanya. "Siapa, Kak?"

"Genta."

"Kak, Leon masih ngejar. Mereka ada tiga." Panik Seana saat mendengar suara motor di belakang.

"Sial, bener dugaan gue. Dia nggak sendiri."

"Kita harus gimana, Kak?" Seana menangis ketakutan.

Dia menatap sekeliling, masih jauh dari perumahan.

Tenggara semakin menekan gasnya saat jarak mereka semakin dekat.

"Babe, listen to me!" Tenggara membuka laci mobil dan mengeluarkan sebuah pistol.

"Pas aku buka atas mobil, kamu berdiri dan tembak mereka!"

Seana melotot. "Gila, aku nggak mau, Kak!"

"Jalannya buntu, Sea!"

Sontak Seana menatap depan. Dan benar, jalannya buntu. Dengan ragu, dia mengambil pistol itu. Dia melepas sabuk pengamannya.

Seana menoleh kearah Tenggara. Lelaki itu mengangguk memberi kode.

Seana berdiri. Dia menodongkan pistolnya ke arah Leon.

Ketiga orang itu tentu saja terkejut. Mereka hendak menghentikan motornya namun~

DOR

Leon terjatuh dengan keras ke aspal. Tubuhnya berguling karena tingginya kecepatan motor.

DOR
DOR

Dua orang lainnya ikut terjatuh mengenaskan dengan luka tembak di tubuh masing-masing.

Cittt

Tenggara menekan full remnya. Lelaki itu dengan santai memutar stir nya menuju tiga orang yang terkapar entah masih bernyawa atau tidak. Mereka berdua turun dari mobil.

"K--kak?" Seana menatap kedua tangannya yang bergetar.

Tenggara membawa Seana ke dalam pelukannya. "Good girl. Headshot, Babe." Ucapnya yang merasa bangga dan takjub melihat istrinya tadi menembak Leon tepat di kepalanya. Dan dua orang yang tertembak di perutnya.

🍂

Tak lama kemudian, anggota inti Asegar datang.

Gema mendekat. "Kalian berdua gapapa?" Tanyanya dengan napas tidak beraturan.

"Sorry kita telat. Tadi kita dihadang sama anak Laskar yang jumlahnya banyak." Sahut Regan yang merasa bersalah menjadi wakil.

"Aman. Kalian urus mereka, pastiin mereka mati!"

Keempat sahabat Tenggara menatap ngeri Leon dan dua anak buahnya.

"Kok bisa?" Aksa bertanya.

"My girl." Jawaban Tenggara membuat mereka membulatkan matanya tidak percaya.

Genta bertepuk tangan. "Wuihhh Queen Asegar nih, nggak ada lawan."

"Couple psycho." Esther melongo di tempat.

°°°

GUYS, GIMANA CHAPTER INI?

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT!!

NEXT? 👉

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang