7. Babu?

7.5K 310 0
                                    


~Jangan pernah merasa sendirian. Ingat, masih ada Tuhan yang siap menjadi tempat ceritamu.~

🍂

Malam ini, Tenggara duduk di balkon apartemen nya. Bersandar di pembatas seraya memandang lurus gedung-gedung pencakar langit.

Setelah puas, Tenggara masuk ke dalam kamar dan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur.

____________________

SeaLaut
Online

Gue ke stu y.

Gimana Kak? Jangan singkat-singkat,
nanti hidup nya
singkat tau rasa.😑

Gw kesitu.
Hus!

Owh, oke. Gue tunggu ya

Bercanda Kak, aelah😕

Otw

___________________

Tenggara meraih Hoodie dan memakainya. Kemudian keluar dari apartemen.

15 menit kemudian, Tenggara sampai di rumah Seana. Tenggara memarkirkan motor sport nya di depan rumah. Segera turun dari motornya dan langsung membuka helm.

"Yah, udah datang, gue kira masih di jalan."

Tenggara terlonjat kaget mendengar suara yang begitu tiba-tiba di belakangnya.

Sontak, dia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang bersuara. Dan ternyata Seana.

Seana menelan ludahnya susah payah saat posisi dirinya dan Tenggara sangat dekat. Bahkan, dia bisa merasakan hembusan napas Tenggara yang hangat.

Jantungnya berdetak lebih cepat ketika dia mendongakkan kepalanya menatap Tenggara yang lebih tinggi darinya.

Seana menggigit bibirnya melihat jakun Tenggara yang naik turun begitu menggoda di depan matanya.

Tenggara mendorong pelan dahi Seana. "Liat apa?"

Seana langsung menjauhkan tubuhnya. Rona merah terpancar di kedua pipinya.

"Sialan, menggemaskan." batin Tenggara menahan gemas.

"Ah, enggak. Masuk, Kak. Dingin." Seana langsung berjalan ke arah pintu. Sedangkan Tenggara hanya mengikuti gadis itu.

"Duduk aja, anggap rumah sendiri." Tenggara mencibir mendengar itu.

"Orang tua lo?" Tenggara bertanya setelah mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu.

"Lagi di Bali, minggu depan baru pulang."

"Bentar, gue buatin minum dulu, Kak Gara mau minum apa?" Lanjut Seana sambil berdiri dari duduknya.

"Terserah." Seana langsung berjalan menuju dapur.

Tenggara mengedarkan pandangannya ke segala arah. Pandangannya berhenti di sebuah foto berukuran sedang yang terpajang di dinding dekat lemari kaca.

Di sana, Seana tengah tersenyum lebar bersama kedua orang tuanya. Terlihat seperti keluarga harmonis dan bahagia.

"Ini, cuma coklat panas." Segera Tenggara mengalihkan pandangannya ke arah Seana yang tengah meletakkan secangkir coklat panas di atas meja.

Tenggara tersenyum tipis, "Thanks." Segera meraih coklat panas dan meneguk nya pelan.

"Sendiri?"

"Apanya, Kak?" Seana berbalik bertanya.

"Di rumah."

Seana mengangguk paham. "Iya, nggak suka ada pembantu." Lagi-lagi Tenggara hanya menanggapi dengan anggukan.

"Eh, lo pinter bela diri kan? Ajarin gue, yayaya? Please." pinta Seana dengan puppy eyes nya.

Tenggara terdiam sejenak. "Lo tau dari mana soal gue pinter beladiri?"

"Vio yang bilang."

Tenggara mengangguk mengerti kemudian tersenyum miring. "Boleh. Tapi ada syaratnya."

"A~apa?" Seana menatap Tenggara yang tersenyum misterius.

Seana langsung memukul lengan Tenggara saat laki-laki itu menunjuk pipi sebelah kanannya, memberi kode.

"Ish, Kak! Nggak mau, ya."

"Bercanda." Tenggara menjawab dengan santai.

"Gue serius ya, Kak."

"Satu minggu full jadi babu gue."

"WTF? Syarat apaan itu, untung di lo rugi di gue."

"Nolak? Gue pernah bilang nggak gratis waktu nolongin lo, kalo lupa."

Berbeda dengan Seana yang menggigit bibirnya kesal. Dia ingin sekali ikut beladiri. Tujuannya bukan untuk sombong atau mencari ketenaran, tapi dia ingin bisa menjaga dirinya sendiri.

"Fine, hanya seminggu."

"Oke."

Drett drett

Tenggara mengambil ponselnya yang bergetar. Nama Regan terpampang di layar ponselnya.

"Hm?"

"..."

"Otw!"

Tenggara beralih menatap Seana. "Gue balik."

"Oke-oke."

Tenggara berdiri dari duduknya, berjalan keluar diikuti Seana.

"Hati-hati, Kak Gara." Seana melambaikan tangannya.


🍂

Seana melangkahkan kakinya kembali masuk dan menutup pintu tak lupa menguncinya.

Dia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tangannya terulur mengunci pintu balkon, jendela, tak lupa menutup gorden.

Seana men charger ponsel berlogo apel digigit miliknya.

Membuka lemari khusus seragam sekolah. Memastikan seragam yang dipakai untuk besok sudah siap.

Setelah itu, dia berjalan ke meja belajar di samping jendela. Memasukkan buku pelajaran ke dalam ranselnya. Kegiatan yang rutin dia lakukan setiap malam.

Seana menatap jam di dinding kamarnya, masih pukul 21:12. Seana berjalan menuju kasur. Menggulung seluruh tubuhnya dengan selimut tebal kemudian memejamkan matanya untuk tidur.

°°°

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang