12. Pulang bareng

7K 259 5
                                    


~Hidup mewah, belum tentu benar-benar indah.~

🍂

"Pulang bareng gue!" Tenggara seraya menarik tangan Seana menuju parkiran sekolah. Seana hendak protes tetapi Tenggara lebih dulu menahannya.

"Nggak usah protes!" tegas Tenggara dengan nada datar.

Seana mendengus kesal. "Tangan gue sakit, Kak!"

Mendengar itu, spontan Tenggara melonggarkan cekalan nya.

"Maaf." Tenggara mengelus lengan Seana. Gadis itu mengangguk.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran. Jangan lupakan tangan Tenggara yang setia menarik tangan Seana, kali ini lebih lembut.

Sampai di parkiran, Tenggara memakaikan jaket ke pinggang Seana untuk menutupi pahanya. Tak lupa memakaikan helm. Kemudian menjalankan motornya.

Di sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Tidak ada yang membuka suara. Hanya suara kendaraan yang berlalu lalang.

Tenggara membelokkan motornya di salah satu kafe favoritnya.

"Turun!" Tanpa menjawab, Seana langsung turun dari motor.

Mereka melangkah kakinya masuk ke dalam kafe. Mereka berdua memilih duduk di meja samping dekat jendela.

"Mau pesan apa?" tanya pelayan sambil terus menatap Tenggara dengan tatapan memuja. Seana yang melihat pun menjadi kesal sendiri.

"Kak Gara mau apa?" Seana menatap buku menu di depannya.

"Samain aja."

Seana mengangguk. Setelah menemukan makanan dan minuman yang pas untuk cuaca saat ini, dia segera memesan untuknya dan Tenggara.

"Iya, Kak. Silahkan ditunggu." Pelayan itu tersenyum genit ke Tenggara yang hanya dibalas anggukan oleh Tenggara. Entah kenapa, Seana jadi bertambah kesal melihat itu.

"Pelayan aja genit amat." dumel Seana mengerucutkan bibirnya kesal.

Tenggara menatap Seana dengan alis terangkat sebelah. Sebelum kemudian bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum tipis.

"Kenapa? jelous?" tanya Tenggara seraya menaik turunkan alisnya.

"Iyalah, lo kan calon suami gue." ucap Seana blak-blakan.

Tenggara tersenyum miring. "Sejak kapan?"

Seana mengangkat sebelah alisnya. "Apanya yang sejak kapan?"

"Suka sama gue."

Kedua pipi Seana langsung memerah. "first we meet."

Tenggara melebarkan senyumnya mendengar jawaban Seana.

"Pinjem HP." Segera, Tenggara menyodorkan ponselnya kepada gadis itu.

"Tadi gue liat, lo nggak ikut olahraga. Kemana, bolos?" tanya Seana seraya sibuk menjelajahi ponsel milik Tenggara.

Tenggara mengangguk singkat. "Males."

"Dih alesan, biasanya juga gitu 'kan." Tenggara hanya terkekeh pelan mendengar cibiran Seana.

"Ini Kak, pesanannya. Silahkan di nikmati." ucap pelayanan itu sambil tersenyum kembali ke Tenggara.

"Makasih." sahut Seana dengan nada sinis. Kemudian pelayanan itu pun pergi.

Mereka berdua makan. Sesekali Tenggara menatap ke arah Seana.

Melihat gadis itu kesusahan makan karena rambut panjangnya menutupi mukanya, akhirnya dia memegangi rambut Seana.

TENGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang